Rabu, 16 Januari 2013

FF Sehun - How To Breathe? (Chapter 2 / End)


Title                 : How To Breathe? (Chapter 2 / End Chapter)
Author             : Claraapr
Rating             : PG - 15
Length             : Twoshoot
Genre              : AU, Romance, Sad
Main Cast        : Oh Sehun
                          Choi Shin Young (OC)
Other Cast       :  Cho Kyu Hyun
   Choi Soo Young
                           Xi Luhan
                           Oh Seri
DC                    : FF ini milik author dan jangan sampai meng-copast FF ini tanpa izin. RCL, gomawo ^^ maaf untuk typo(s). Happy reading.

“Kalian saling mencintai rupanya…” ucapku lirih di tengah kegiatan mereka yang masih berpelukan. Aku sampai lupa bagaimana caranya bernafas.
“Shin.. Shing Young?” seketika mata Soo Young eonnie membulat ketika melihatku datang dan memergokinya tengah berpelukan dengan calon suami adiknya ini. Namun, aku lega dan senang akhirnya dia mendapatkan seseorang yang dia cintai. Meski kisah mereka terhalangi oleh tingkah orangtua kami yang menjodohkanku dengan Kyu Hyun oppa. Perjodohan ini begitu konyol dan bodoh dimataku.
“kalian… mengapa tidak mengatakannya sejak awal?” lanjutku.
“Shin Young…” kini Soo Young eonnie segera meraih tanganku dan digenggamnya erat.
“Aku, aku tidak bermaksud…”
“Aku tahu, Eonnie. Sudahlah dengarkan aku dulu.” Segera aku melepas genggaman Soo Young eonnie dan berjalan menuju Kyu Hyun oppa serta memberinya sedikit ‘hadiah’.
Plak! Sebuah tamparan kecil berhasil kulayangkan pada Kyu Hyun oppa.
“Shi..Shin Young? Mianhe, aku tahu aku telah berbuat salah padamu. Seharusnya hari ini menjadi hari bahagia kita, tapi aku malah…”
“Hentikan, Oppa. Aku cuma ingin bertanya padamu. Siapa eonnieku ini bagimu?”
“Ani.. dia itu hanya ..”
“Hanya?”
“Dia… mantan kekasihku.” Ucapnya dengan kepala yang tertunduk.
“Sejak kapan dia menjadi mantan kekasihmu, Oppa? Jawab!” nada suaraku terdengar meninggi. Dan kulihat Soo Young eonnie tampak begitu ketakutan.
“Hampir lima bulan lalu saat kita dijodohkan.”
“Hh.” Aku hanya mendengus singkat dan memiringkan senyumku.
“Kenapa baru bilang sekarang? Kenapa tidak bilang saat kita dijodohkan saja? Kenapa kau tidak bilang telah memiliki dia, Oppa?” tanyaku dengan menunjuk kearah Soo Young eonnie.
“Itu.. aku..”
“Pengecut sekali… kalian berdua. Sudah, aku mau ke ruang tungguku dulu. Aku pastikan kalian akan berterimakasih padaku setelah ini. Dan jangan lupakan aku dalam kehidupan cinta kalian.”
“Apa maksudmu, Shin young-ah?” kini tampak raut wajah kebingungan milik Soo Young eonnie yang kulihat.
“Tunggu saatnya.” Biar kubuat mereka penasaran. Enak saja membiarkanku tidak mengetahui yang sebenarnya terjadi. Mana mungkin aku merelakan perasaanku terhadap Sehun oppa hanya karena hal bodoh seperti ini? Ini semua murni kesalahpahaman, aku rasa. Ya, bisa jadi.

(Sehun POV)
Dengan sisa kekuatan tubuhku yang semakin melemah kugenggam erat undangan ini. Undangan pernikahan antara Shin Young dan calon suaminya yang hanya menghitung menit ini. Ah, pasti sudah terlambat jika ingin merebutnya kembali ke sisiku. Mana mungkin aku yang selemah ini bisa mendapatkannya kembali kalau bukan karena keajaiban Tuhan? Bernafas saja terlalu sulit bagiku.
“Oppa? Apa yang kau lakukan? Kertas apa yang kau pegang itu?” suara Seri membuyarkan lamunanku.
“Shin Young~”
“Ada apa dengan shin Young eonnie?”
“Sepertinya sekaranglah dia menggapai bahagianya. Mendapatkan cinta dari seseorang yang jauh lebih sempurna, lebih baik, lebih sehat, dan lebih segalanya dibandingkan dengan diriku.”
“Apa maksud oppa?”
“Dia… Shin Young yang kucintai itu akan menjadi istri orang lain dalam beberapa menit lagi.”
“M..Mwo? benarkah itu?” seketika selimut yang dibawa Seri untukku terjatuh dan menyentuh dinginnya lantai.
“Biarlah. Biarlah ini menjadi takdirku, mencintai dia yang mencintaiku namun aku tak bisa berada disisinya sebagai suami dan ayah bagi anak-anakku dengannya. Mungkin, memang ini yang sudah ditentukan Tuhan bagiku.”
“Hentikan, Oh Sehun. Dimana sisi tangguhmu yang kau sombongkan itu, hah? Aku melihat kau begitu pengecut dan menyerah begitu saja pada takdir. Aku tidak percaya. Kalau kau mau, ubah takdirmu sendiri dan pergilah sekarang temui dia. katakana kalau kau tak akn pernah membiarkannya menjadi milik orang lain. Katakana kau mencintainya.”
“Seri-ah~”
“Aku tidak ingin kau terlihat lemah, Oppa. Kau pasti bisa mendapatkannya kembali. Kalau kalian memang tercipta untuk bersama, jangan biarkan apapun terjadi untuk menghalangi kisah kalian. Aku yakin, Shin Young eonnie masih amat mencintaimu, Oppa.”
“Seri-ah~”
“Jangan katakana apa-apa lagi, Oppa. Sekarang, bersiaplah dan kita akan hadir di sana. Cepat!”
Seakan tersihir oleh kata-kata Seri, aku pun mengikutinya dan segera berganti pakaian. Mungkin aku memang bukan yang sempurna berada di sisinya, tapi akan kutunjukkan betapa besarnya cinta dan keinginanku untuk dapat terus bersamanya.
Sekitar 20 menit perjalanan menuju gereja tempat diadakannya pemberkatan nikah antara Shin Young dan Kyu Hyun. Ya, aku rasa belum terlambat.
Baru saja aku sampai di depan gerbang gereja hati ini terasa sesak karena melihat begitu banyak karangan bunga yang di dalamnya terdapat ucapan selamat atas pernikahan kedua insan tersebut. Dan lagi, tampaknya mobil Lamborgini hitam yang terlihat mewah itu akan menjadi pengantar mereka menuju tempat tinggal yang baru. Hh, mana mungkin aku bisa memberi seluruh kemewahan seperti ini kepada Shin Young? Mustahil.
“Oppa! Kenapa malah melamun saja? Ayo kita masuk.”
“Ah, mianhae. Ayo kita kita masuk sekarang.” ucapku sambil sesekali meremas dadaku yang mulai terasa sakit kembali. Sial, kenapa di saat seperti ini jantungku terasa berdenyut kencang?
Kami berdua – aku dan Seri – pun mengambil tempat duduk di daerah paling belakang. Tentu aku tidak akan mampu melihat mereka saat melakukan wedding kiss. Dan selang waktu sepuluh menit acara siap dimulai dan kini pendeta telah bersiap di tempatnya. Tampak seorang Cho Kyu Hyun telah berdiri di altar dengan menggunakan jas putih yang elegan dan tampak mahal. Tidak lama setelah itu munculah gadis yang sedang ditunggunya, begitu pun denganku. Dengan menggunakan gaun putih tulang yang besar dan panjang serta membawa bunga di tangannya. Dan itu, Tuan Choi Ma Ru, ayah Shin Young sedang mengantarkan putri bungsunya menuju altar dimana telah berdiri dengan tegap sang calon suami, Cho Kyu Hyun.
Kulihat dari atas sampai kebawah calon pengantin perempuan yang sukses menyita perhatian, hati, dan pikiranku ini. Cantik. Dia benar-benar cantik mengenakan gaun sakral itu. Andai saja yang berdiri di altar itu adalah aku, Oh Sehun dan bukan pria yang dijodohkan dengannya, saat ini juga aku pasti sangat senang dan entah apa yang akan aku katakan. Begitu kelu lidahku dalam mengucapkan janji pernikahan, mungkin. Tapi, pasti aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini hanya karena kebodohanku sendiri.
Aish! Apa yang kau pikirkan, Oh Sehun? Bagaimana mungkin kau berpikiran seperti itu di acara sakral seperti ini? Kau mau bermimpi, hah? Jangan bodoh.
“Oppa? Oppa, kenapa melamun saja dari tadi? Haloo.” Suara Seri mengejutkanku.
“Oh, eh? Bukan. Aku hanya...”
“Dia cantik, bukan? Andai saja aku duduk di barisan paling depan dan menjadi seseorang yang melihat dari dekat proses pernikahan antara Shin Young eonnie dan oppaku yang menyebalkan ini.”
“Eoh? Maksudmu?”
“Dasar. Oppa paling pabbo sedunia. Tentu saja kau, Oh Sehun.”
“Ya! Aku kan bingung. Bisa ulangi sekali lagi?”
“Maksudku andai saja kau yang menikah dengannya, hyung.”
“Hyung?”
“Salahmu, dipanggil ‘oppa’ justru membuat IQ mu semakin rendah. Lupakan.”
Prosesi pernikahan telah berlangung selama 20 menit beserta liturginya. Dan kini saat yang paling membuatku tidak betah. Ucapan janji pernikahan.
“Apakah kau, Cho Kyu Hyun, bersedia menerima Choi Shin Young sebagai istrimu dalam keadaan susah maupun senang, sehat atau pun sakit,  serta bersedia menjaga dan melindunginya sampai maut yang memisahkan?”
“Ya, aku bersedia.” Jawab Kyu Hyun dengan yakin. Dan jawabannya lah yang mampu membuat hatiku semakin menciut dan berdetak sangt kencang bergolak.
“Apakah kau, Choi Shin Young, bersedia menerima Cho Khyu Hyun  sebagai suamimu dalam keadaan susah maupun senang, sehat atau pun sakit, dan bersedia melayaninya sampai maut yang memisahkan?”
“Ya. Choi Soo Young bersedia.” Mwo? Apa dia bilang? Apa dia salah mengucapkannya?
“Maaf, bisa kau ulangi kembali jawaban anda?”
“Ya. Choi Soo Young, eonnieku, putri sulung Choi Ma Ru dan Shim Eun Gi, telah bersedia menerima Cho Kyu Hyun sebagai suaminya dalam keadaan susah maupun senang, sehat atau pun sakit, dan bersedia melayaninya sampai maut yang memisahkan.” Apa yang dia lakukan? Choi Shin Young bodoh!
“Choi Shin Young!” kini terlihat Tuan Choi yang berdiri dengan raut wajah yang mengeras hendak mengeluarkan kemarahannya atas tindakan bodoh Shin Young.
“Appa. Tidakkah Appa tahu bahwa Kyu Hyun oppa dan Soo Young eonnie saling mencintai? Dan demi perjodohan bodoh ini, mereka telah mengorbankan perasaan mereka sendiri agar tidak mengecewakan kalian para orangtua. Bukannya aku membela diri, tapi kumohon jangan halangi cinta mereka, Appa.” Kini Shin Young telah berlutut diatas altar dan dengan wajah yang lesu. Sebenarnya apa yang sedang dia pikirkan sih?
“Be..Benarkah itu, Soo Young? Kyu Hyun?” kini ayah Kyu Hyun yang ku ketahui namanya sebagai Cho Jung Soo itu pun berkata-kata.
“Appa, mianhae.” Kyu Hyun hanya dapat menunduk dalam.
“Kenapa baru bilang sekarang?” eomma Shin Young juga ikut-ikutan menimpali.
“Mi.. Mianhae, eomma.” Dan suara Soo Young noona pun mulai terdengar setelah sedari tadi hanya bungkam.
“Dan dia lah yang aku cintai, Appa, Eomma.” Deg! Ap..Apa yang dia lakukan? Kini semua mata di penjuru gereja ini melihat kearahku akibat ulah Shin Young yang menunjukku secara tiba-tiba. Sama halnya denganku, Seri pun tercengang dibuatnya.
“Dialah pria yang mampu menjadi alasanku untuk tidak menikah dengan Kyu Hyun oppa. Dia... Cintaku.” Desisnya pelan namun tegas.
“Dia pria yang ingin aku lihat bersamaku di atas altar ini, mengucapkan janji pernikahan, dan melakukan wedding kiss bersamanya, bukan orang lain. Aku… menyesal tak mengatakannya dari semula, akan tetapi saat ini akan kukatakan semuanya. Aku, Choi Shin Young begitu mencintai dan menyayangi kekasihku, seseorang yang mampu membuat hatiku terkunci rapat hanya untuk dirinya, Oh Sehun. Dan sampai kapanpun akan tetap Oh Sehun.” Sedetik kemudian kulihat matanya yang telah mengeluarkan air mata hingga menganak sungai di pipi mungilnya.
Suasana kini menjadi tegang karena prosesi pernikahan yang semestinya sakral berubah mejadi begitu kalut karena perbedaan paham ini. Aku merasa disini akulah yang paling bersalah. Bersalah karena mencintai Shin Young serta menyatakan perasaanku padanya padahal aku tahu status sosialku yang tidak setara dengan dia yang notabene adalah seseorang yang berasal dari keluarga konglomerat. Bersalah karena tidak sesegera mungkin menjauhi Shin Young yang telah dijodohkan dengan seseorang yang akan mengisi hari-harinya di masa depan hingga kini aku dan dia sulit untuk terlepaskan. Terakhir aku sangat bersalah karena telah muncul di hari pernikahannya. Untuk apa kau datang kemari, Oh Sehun? Kau pasti akan menggoyahkan hati dan perasaannya. Rasanya aku tidak ingat bagaimana bernafas dengan benar.
“Saya… Saya mohon maaf telah muncul di tempat ini. Mungkin bukan saat yang tepat berada disini. Sekali lagi saya mohon maaf. Saya akan segera pergi dari tempat ini.” Baru saja aku ingin melangkah meninggalkan tempat dudukku saat ini ketika tiba-tiba sebuah suara menyeruak masuk kedalam gendang telingaku.
“Tunggu! Dengan seenaknya kau pergi dari tempat ini setelah menjadi pokok permasalahan, Nak?” itu… suara berat itu bukankah milik?
“Kau mau kabur?” lanjutnya kemudian. Itu adalah suara…
“Tuan Choi?”



~~~~~*****~~~~~

(Shin Young POV)
1 Years Later ---
“Young-ah~” pria itu… sedang berjalan ke arahku sambil membawa dua cangkir yang aku yakin isinya adalah moccachino panas yang begitu tepat dihidangkan di pagi ini.
“Chagiya… apa kau masih ingat bagaimana suasana di hari pernikahan kita?” tanyaku pada seorang pria yang telah bermetamorfosis menjadi seseorang yang lebih dewasa di sampingku ini.
“Ya, menegangkan sekali. Terlebih saat kau mengucapkan janji pernikahan…”
“Hentikan! Jangan dilanjutkan, hehe. Aku malu sekali mengingat hal itu. Ehm, kau… sudah tidak menyukai eonnieku, kan?” kupelankan volume suaraku sepelan mungkin.
“Hmm…” kulihat dia yang menghembuskan nafasnya berat sebelum memulai untuk menjawab pertayaanku.
“Tidak ada salahnya kan kalau aku masih menyukainya? Mungkin hanya sebagai sosok ‘noona’? lagipula aku rasa dia telah bahagia dengan oranglain di luar sana.” Jawabnya penuh makna di setiap kata yang ia ucapkan. Huh, pria macam apa dia ini? Masih memikirkan perasaannya pada gadis lain sementara ada aku disini sebagai istri sahnya.
“Jadi maksudmu?” ujarku tertuntuk lesu.
“Ya, aku menyukainya. Memiliki noona seperti Soo Young ‘noona’ begitu membanggakan. Tapi…” Aku hanya melongoh kearahnya dengan tatapan penuh tanya. Tapi apa, Oppa? Tapi apa?
“Tapi aku hanya mencintai seseorang. Dialah yang menjadi istriku sekarang ini, yang selalu memasakkan sarapan untukku tiap pagi, yang selalu memberiku semangat saat akan pergi bekerja, yang selalu membersihkan rumah saat aku tak ada di rumah, dan yang selalu aku banggakan. Dialah, Choi Shin Young.”
“Dan kaulah pria yang telah merebut segala perhatianku serta menguncinya dalam hatiku, sehingga tidak dapat kuberikan pada pria manapun lagi selain padamu. Dialah, taraa… Oh Sehun^^” ucapku dengan eyesmile andalanku untuk ber-aegyo ria.
“Tidak akan kubiarkan kau dimiliki pria lain selain hanya milikku seorang. Aku sangat mencintaimu, Shin Young-ah.” Kini dapat kurasakan tangan kurusnya memeluk pinggangku dari belakang sambil mendaratkan dagunya di bahuku. Saat-saat seperti inilah yang kukatakan begitu mahal yang pernah aku miliki. Bersamanya, Oh Sehun. Aku merasa begitu bahagia.
“Tiba-tiba aku terbayang wajah appa saat hari pernikahan kita, chagi.” Suaranya begitu lembut terdengar di telingaku.
----- Flashback -----
“Tunggu! Dengan seenaknya kau pergi dari tempat ini setelah menjadi pokok permasalahan, Nak?” suara appa menggema di gedung gereja ini. Menambah suasana tegang yang sudah sedari tadi tercipta karena ulahku.
“Kau mau kabur?” Appa, kumohon hentikan.
“Tuan Choi.” Sahutnya pelan namun masih dapat diterima oleh indra pendengaranku. Hening pun menjadi hal yang dominan saat ini. Dapat kulihat pula beberapa orang sedang saling berbisik, aku tidak peduli.
“Menikahlah dengannya, dengan putrid bungsuku sekarang. Nikahilah Shin Young ku.”
“Appa?” pekikku pelan dan disertai mataku yang membulat sempurna.
“Aku tak akan mengulanginya lagi. Ya atau tidak?” kini kulihat wajah appa yang sedikit mengeras menahan emosi sekaligus penasarannya.
“Saya…” ucap Sehun perlahan.
“Oppa…” lirihku dalam tangisanku. Kuharap dia membuat keputusan yang sangat tepat. Mempersuntingku dan menjadikanku yang pertama dalam kehidupan rumah tangganya kelak.
“Saya… sangat bersedia untuk menikahi putrid Tuan, Choi Shin Young.” Kutatap Sehun yang awalnya hanya berdiri di tempatnya kini sedang melangkahkan kakinya kearah altar gereja ini.
Begitu kulihat dirinya telah tegap berdiri di atas altar kudus ini, senyum pun terulas dari bibirku yang dibalut dengan lipstick pink. Ternyata benar, dia akan memilihku dan mengambilku sebagai istrinya. Apakah ini saatnya?
“Aku akan menikahinya, Choi Shin Young.” Ucapnya mengulangi kata-kata yang sebelumnya ia ucapkan. Sehun membalikkan tubuhnya kearahku dan segera membantuku untuk berdiri dari posisiku yang sedari tadi hanya berlutut tak berdaya.
“Gomawo, Oppa~” Sahutku sambil tersenyum. Tersenyum penuh bahagia. Entah apa namanya aku lupa, akan tetapi rasanya aku ingin selalu memilikinya dan tidak ingin melepasnya sedetik mungkin terhitung hari ini. Bahkan untuk Seri sekalipun, hh egois memang. Tapi itulah yang kurasakan. Tidak, Seri tentu boleh memiliki oppanya yang satu ini.
----- Flashback End -----

Dan dengan begitu, kini kami – aku dan Sehun – telah hidup bersama. Tidak terasa satu tahun ini kami habiskan waktu bersama sebagai sepasang kekasih yang telah dipersatukan oleh ikatan pernikahan dan berjanji untuk hidup bersama dalam keadaan apapun sampai maut yang memisahkan.
“Chagi? Apa yang kau pikirkan?” suara Sehun oppa membuyarkan lamunanku yang melayang ke satu tahun lalu.
“Ah, bukan apa-apa, Oppa. Ehm sepertinya kita harus bersiap sekarang. Pemberkatan nikahnya akan dimulai dua jam lagi. Mandilah duluan.” Ucapku sambil mendorng punggungnya menuju kamar mandi.
“Tidak mau! Aku mau mandi bersamamu, chagiya~” sergahnya cepat.
“Ya! Aku yang tidak mau. Kau duluan atau tidak akan dapat jatah makan untuk besok?” ancamku dengan menggembungkan pipiku sebal.
“Selalu itu alasanmu. Haha, baiklah.” Kini kulihat dia telah berbalik kembali menuju kamar mandi. Dasar, ternyata dia masih seperti anak usia delapan tahun saja. Saat aku hendak berbalik menuju dapur, tiba-tiba ia berteriak dari arah kamar mandi.
“Ya! Choi Shin Young! Kau sangat jelek kalau sedang marah, hahaha.” Astaga… Dia itu benar-benar pria yang menyebalkan.

~~~~~*****~~~~~

Kami tiba di sebuah gedung gereja yang megah yang pernah menjadi saksi anatara dua insane yang mengucapkan janji sehidup semati dan dipersatukan dalam ikatan pernikahan dihadapan Tuhan dan jemaatnya. Ya, itu diriku dan pria yang ada disamoingku saat ini, Oh Sehun.
Prosesi pernikahan pun berjalan lancer tanpa hambatan, namun dapat kulihat dari raut wajah sang pengantin perempuan begitu tegang dan cemas, takut-takut akan melakukan kesalahan meski hanya sedikit. Itu wajar.

“Shin Young-ah~” pengantin perempuan itu kini telah berlari keareahku dan menghambur ke dalam pelukanku.
“Aku begitu merindukanmu. Aku kurang betah lama-lama di China. Pria itu membawaku pergi kesana hanya untuk membantunya mengurusi pekerjaannya, padahal kau tau kan kalau kami belum resmi menikah sampai tiba hari ini. Tapi sekarang aku lega…. Aku telah menikah dengannya.” Ya, dialah eonnie ku yang begitu kusayangi. Choi Soo Young.
“Dia seperti penculik, Eonnie. Hahaha” tawaku pecah saat mendengar ceritanya.
“Apa yang sedang kalian bicarakan, ibu-ibu Choi?” suara berat milik pria itu. Pria yang telah menjadi suami sah eonnieku beberapa menit lalu, Cho Kyu Hyun.
“Ahahaha, ini rahasia perempuan. Ehm, tapi selamat ya, Oppa. pernikahanmu dengan Soo Young eonnie akhirnya terwujud.” Lega rasanya mengatakan hal ini. Mengingat setahun lalu aku mengacaukan acara pernikahan kami, atau lebih tepatnya bakal pernikahan. Karena kalian tahu sendiri, bukan? Aku telah memilki suami yang begitu aku cintai, dan dia bukan seorang Cho Kyu Hyun.
“Gomawo, Shin Young-ah. Selamat bersenang-senang. Aku dan Soo Young akan menemui beberapa tamu yang lain. Bye~”
“Bye~” ucapku berbarengan dengan Sehun oppa.
“Mereka tampak serasi…” lirih Sehun yang berdiri di hadapanku sambil membawa dua gelas kristal berisi sampagne.
“Kita juga.” Sahutku tidak mau kalah.
“Kalau itu tentu saja, Young-ah. Ini untukmu, minumlah.” Dia memberikan salah satu gelas tersebut padaku. Dan kini kami berjalan menuju sebuah kursi yang lumayan panjang yang ada di taman ini. Ya, wedding party Soo Young eonnie diadakan di taman yang ada di kawasan gedung gereja ini. Cukup l.uas menurutku. Kami pun duduk bersama sambil masih membawa gelas berisi minuman mahal tadi.
“Oppa~” panggilku.
“Hm?”
“Entah kenapa aku sangat bersyukur sekali. Pertama, karena aku telah memilikimu dan telah menjadi milikmu untuk selamanya sebagai istrimu…”
“Yang kedua?” tanyanya penasaran akan ucapan yang kugantungkan itu.
“Yang kedua karena kau telah memperoleh jantung baru dari seorang pendonor yang sangat murah hati. Demi apapun, aku tidak akan pernah melupakan kebaikannya meski dia telah tiada. Benar, ‘kan?
“Tepat. Kemudian?”
“Dan kini aku melihat eonnieku menikah dengan orang yang ia cintai sejak dulu. Benar-benar rumit untuk dimengerti, tapi benar-benar indah untuk dibayangkan.” Ucapku sambil menerawang jauh ke langit. Kulirik kini Sehun oppa juga menengadahkan kepalanya ke langit yang biru, sebiru hatiku kini mungkin.
“Hanya satu yang belum kau miliki.” Ujarnya singkat.
“Eoh? Maksud Oppa?”
“Oh Young Hun dan Oh Se Young.”
“Oppa ini bicara apa sih sebenarnya? Aku sama sekali tidak mengerti, Oppa.” rasanya sebal sekali mencoba menerka kemana arah pembicaraan kami ini.
“Dua orang anak yang akan kau lahirkan tentunya, chagi. Hehe” dan dia hanya terkekeh geli. Dasar yadong.
“Aku belum mau punya anak. Aku masih terlalu muda. Andwae!”
“Tapi bukankah itu salah satu tujuan dari pernikahan? Meneruskan pohon keluarga, memperbanyak keturunan?” wajahnya kini terlihat menatapku heran.
“Tapi tidak sekarang. Huh.” Kugembungkan pipiku sebal.
“Ya, ya baiklah. Akan kulakukan demi kau, chagiya~” sebuah senyum tulus pun terulas dari bibir kami berdua.
Ya Tuhan, Kau memang maha adil. Tidak pernah terpikir olehku akan berakhir seperti ini, begitu indah pada waktunya. Aku… sangat bersyukur atas segala yang telah Kau berikan padaku, termasuk dirinya yang kini sedang mencium keningku penuh kasih mesra. Terimakasih, Tuhan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar