Rabu, 16 Januari 2013

FF Sehun - How To Breathe? (Chapter 1)


Title                 : How To Breathe? (Chapter 1)
Author             : Claraapr
Rating             : PG - 15
Length            : Twoshoot
Genre             : AU, Romance, Sad
Main Cast       : Oh Sehun
                         Choi Shin Young (OC)
Other Cast      :  Cho Kyu Hyun
  Choi Soo Young
                          Xi Luhan
                           Oh Seri
DC                    : FF ini milik author dan jangan sampai meng-copast FF ini tanpa izin. RCL, gomawo ^^ maaf untuk typo(s). Happy reading.


(Author POV)
“Eotthae? Pas bukan di tubuhmu?” Tanya seorang pria berkulit putih yang sedang berdiri menghadap seorang gadis sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.
“A..Aku. ini bagus sekali. Tapi…” yang ditanya justru menjawab dengan menundukkan kepalanya dalam.
“Choi Shin Young~” panggil sang pria sambil mendekat kearah gadis tersebut.
“Duduklah di sini, dan dengarkan aku.” Pria tersebut mendudukkan sang gadis pada sebuah kursi kayu yang halus.
“Aku mohon, bertindaklah seperti halnya seseorang yang menyambut hari pernikahannya. Ini sudah menginjak 4 bulan kita bertunangan, Shin young-ah. Aku harap kau bisa mengerti maksudku, jangan buat semua orang kecewa kalau pernikahan kita sampai batal.”
“Aku tahu, tapi… dia masih ada dalam hati dan pikiranku. Aku.. Aku tidak bisa begitu saja melupakannya.” Suara gadis itu terdengar bergetar. Dan pria yang melihatnya hanya dapat tersenyum hambar tanpa arti.
“Aku janji akan selalu berada di sisimu. Dan juga aku…”
“Tapi aku tidak bisa berjanji sepertimu! Aku masih mencintainya!” hardik gadis itu tanpa memperdulikan ucapan pria tadi dan langsung memotongnya begitu saja.
Gadis bernama Shin Young, Choi Shin Young tersebut masuk ke dalam ruang ganti pakaian dan mengganti pakaiannya yang semula mengenakan gaun pengantin yang indah nan mewah, menjadi hanya gaun simple berwarna peach selutut yang Nampak cantik dipakainya.
Dia keluar dengan menenteng sebuah tas berwarna coklat muda dan terlihat kontras dengan warna kulitnya yang putih.
“Shin Young-ah, chakkaman!” sebuah tangan besar milik namja tersebut menahan legan Shin Young agar tidak segera berlalu dari hadapannya.
“Mianhae, aku harus pergi sekarang juga oppa. Ada urusan yang harus aku selesaikan.” Dengan sekali hentakan saja, kini tangan Choi Shin Young telah terlepas dari genggaman pria itu.
Pria yang sedari tadi hanya mengalah dan mencoba meyakinkan Shin Young itu pun hanya dapat terduduk lemas diatas sofa di toko baju pengantin sambil memijat keningnya yang terasa pusing itu.
“Mengertilah, Choi Shin Young…” lirih pria tersebut.

----- Flashback -----
“Hari ini kita akan kedatangan tamu special yang kuundang untuk makan malam bersama, jadi kumohon bersikaplah dengan sopan. Terutama kau, Choi Shing Young.” Ucap Choi Ma Ru pada kedua putrinya, Choi Soo Young sang kakak dan adiknya, Choi Shin Young.
“Ne, Appa. Kalau boleh kami tahu, siapa yang akan datang?” tanya Soo Young pada ayahnya dengan sopan dan lembut.
“Ini masih rahasia. Nanti kalian akan tahu begitu mereka datang.”

Lima menit kemudia bel rumah kediaman Choi tersebut berbunyi dan dengan sigap, pembantu keluarga itu pun membukakan pintu bagi sang tamu. Begitu tamu yang diharapkan masuk ke dalam rumah dan menuju ruang makan dimana seluruh keluarga Choi Ma Ru telah menunggunya.
“Ahhaha, Cho Jung Soo sahabatku. Lama kita tidak berjumpa, bagaimana perjalanan bisnismu?” Choi Ma Ru berdiri menyambut tamu yang sudah ditunggunya tersebut.
“Baru dua tahun aku melakukan perjalanan bisnis kau sudah sebegitunya merindukanku, Ma Ru-ya?” yang ditanya malah justru balik bertanya.
“Ahaha, tentu. Kau ini sahabatku. Lalu dimana si jagoan tampan itu? Apa tidak ikut?”
“Tentu, tentu dia ikut. Dia bilang akan menyusul, mungkin sebentar lagi akan sampai disini. Lalu dimana dua putrid cantikmu itu?”
“Ahh, ini. Soo Young-ah, Shin Young-ah berdirilah dan beri salam pada sahabat ayah, Cho Jung Soo dan istrinya.”
“Anyyeonghasimnika. Joaneun Choi Soo Young imnida, bangapseumnida.”
“Shin Young imnida.” Seketika kemudian Soo Young menyenggol lengan Shin Young yang agak kurang sopan dalam memperkenalkan namanya itu. Dan Shin Young pun langsung mengerti.
“Ahh, cheosonghamnida. Joaneun choi Shin Young imnida, bangapseumnida.”
“Taka apa. Sekarang kalian sudah tumbuh lebih dewasa rupanya hahaha. Dan kau, Shin Young-ssi sangat unik dan menggemaskan.”
“hehe, goma.. ehm, kamsahamnida.” Ucap Shin Young sedikit tertunduk dengan pipi kemerahan.
“ketika di tengah acara makan malam mereka, terdengar suara derap langkah seseorang menuju ruang makan.
“Cheosonghamnida, aku terlambat.” Semua mata mengarah kea rah pria yang baru saja datang dan membungkukkan badannya tersebut.
Namun pria tersebut justru mematung menatap sepasang manic mata milik seseorang yang sangat dia cintai.
“Soo.. Soo Young-ah?”
“Kyu Hyun? Apa yang kau lakukan di sini?”
“Loh? Jadi kalian sudah saling mengenal? Waah bagus itu. Kemari, nak. Kau duduklah dulu, kami akan menjelaskan semuanya seusai makan.”
Sekitar lima menit setelah kedatangan pria bernama Cho Kyu Hyun tersebut, suasana menjadi hening dan mata Kyu Hyun pun tak bisa lepas dari gadis yang ada di hadapannya kini.
“Jadi sebenarnya kami, aku dan Cho Jung Soo mengumpulkan kita di sini adalah untuk satu tujuan.” Ucap Tuan Choi Ma Ru.
“Itu benar. Kami sebagai orangtua dari kalian sekaligus sahabat lama telah merundingkan hal ini dan menyepakati suatu keputusan, yaitu menjodohkan kalian.” Sambung Cho Jung Soo.
“MWO?” histeris ketiga pemuda-pemudi itu.
“Ya, dan aku telah memilih salah satu dari kalian berdua, Soo Young-ssi, Shin Young-ssi.”
Lanjut Cho Jung Soo.
“Berhubung kalian berdua telah saling mengenal, jadi hal tersebut baik adanya. Kalian bisa saling membantu sebagi ipar, Kyu Hyun-ssi dan Soo Young-ah.”
“M.. mwo? Maksud kalian, aku yang akan di jodohkan dengan pria ini?” sahut Shin Young seketika.
“Benar. Kau lah yang di pilih oleh sahabat Appa ini, Shin Young-ah.”
“Shireo! Aku bahkan sudah mempunyai kekasih. Kenapa tidak Soo Young eonnie saja?”
“Appa, kau pasti berbohong. Kau tidak mungkin menjodohkanku dengan seseorang dengan cara seperti ini. Ini salah, benar-benar salah.” Ucap Kyu Hyun di tengah perdebatan tersebut. Dan Soo Young masih terdiam tanpa suara yang berarti.
“Aku sudah memutuskannya, anakku. Appa sudah kita sekuat dulu dalam menjalankan perusahan, dan Appa pikir kau harus melanjutkan perusahaan kita dengan menikahi putrid sahabat Appa, Choi Shin Young.”
“Tapi…”
“Jangan kecewakan kami, nak.” Kata-kata Cho Jung Soo seakan-akan mengunci mulut bibir Kyu Hyun untuk berkata-kata kembali.
“Kau juga jangan kecewakan kami, Shin Young-ah. Appa mohon padamu.” Timpal Choi Ma Ru sambil membungkukkan badannya pertanda begitu memohon pada Shin Young.
----- Flashback End -----

(Shin Young POV)
Kulangkahkan kakiku di sepanjang jalanan perkotaan yang ramai akan lalu lalang orang-orang dan kesibukannya. Entah sampai diamana kaki ini membawaku, sampai lelah mungkin.
“Kenapa jadi seperti ini? Bisa-bisanya mereka melakukan ini padaku!” gumamku kesal.
“Selalu seperti ini. Dasar cengeng!” suara itu.
“Oppa?” dan dia pun menjongkokkan dirinya sejajar denganku saat ini.
“Yeoja jelek yang menangis dan menggumam tidak jelas di sebuah ayunan. Ah, bagaimana bisa dulu aku menyukainya, ya? Memalukan. Hahaha”
“Kau jahat, Oppa. Kau sama seperti mereka, tidak mengerti perasaanku saat ini!” ucapku sambil memukul-pukul pundaknya yang dibalut sweater abu-abu yang terlihat kontras dengan kulitnya yang putih pucat.
“Berhentilah, sakit tahu.”

Dialah pria itu, pria yang dulu sempat dan sampai saat ini masih aku cintai. Oh Sehun.
Saat tanganku masih asyik memukul-pukul bahunya tersebut, tiba-tiba tangan besarnya telah menggapai tangan kecilku dan menghentikan aksiku tersebut. Keadaan berubah menjadi hening dan angin semakin berhembus dengan kencang.

“Saranghae Shin Young-ah.” Ucapnya singkat dan sedetik kemudian mengecup keningku perlahan. Tiba-tiba keningku menghangat dan mataku memanas, setitik cairan bening kini telah meluncur bebas dari mataku.
“Nado, Oppa.” Kami membiarkan keadaan tetap seperti ini sampai sekitar lima menit lamanya. Sampai akhirnya Sehun lah yang memulai percakapan antara kami dan melepaskan kecupannya di keningku.
“Pabboya~”
“Mwo?”
“Mana boleh keluar rumah hanya menggunakan dress selutut di tengah cuaca dingin seperti ini, huh?”
“Ah, itu. Mianhae, Oppa aku lupa. Tadi aku baru saja dari fitting gaun pengantin dengan Cho Kyu Hyun.”
“Oh, pria tampan itu ya? Baguslah kalau begitu.”
“Kau masih jauh lebih tampan darinya, Oppa.”
“Dasar kau ini. Tapi, aku sedikit protes padanya. Bagaimana bisa dia membiarkanmu pergi dengan pakaianmu yang seperti ini? Seharusnya sebagai calon suami yang baik, dia harus mengejarmu ‘kan?”
“Shireo! Sampai kapanpun aku tidak akan menikah dengannya. Aku akan dan hanya akan menikah denganmu, Oh Sehun.” Dan satu jitakan pun berhasil mendarat di atas kepalaku.
“Aww? Kenapa sih kau ini, Oppa? Apa aku salah bicara, huh?” lanjutku kemudian.
“Tidak, tapi kau salah besar nona Choi Shin Young. Dan lagi kau sudah bertindak tidak sopan dengan memanggilku ‘Oh Sehun’. Arra?”
“Ih kau ini. Bukankah itu namamu?” ucapku dengan mengerucutkan bibirku.
“Hahaha, bagaimana ku bisa marah padamu, Shin young-ah?” kini justru Sehun sedang mencubit kedua pipiku gemas.
“Aa.. Hwentikan. Sakit, Owpaa.” Akibat tindakannya ini aku jadi sulit bicara dan pipiku pun memerah bekas dicubit olehnya.
“Sekarang alangkah baiknya kau pulang nona Choi Shin Young. Uhuk uhuk.” Perintahnya padaku dan setelah itu batuk. Apa dia sedang sakit? Akhir-akhir ini kulihat pipinya yang memucat tiap kali bertemu.
“Oppa, apa kau sakit?” benar saja. Ketika kusentuh keningnya, kurasakan suhu tubuhnya yang begitu tinggi. Pantas saja keningku terasa hangat saat dia menciumnya.
“Ah, tidak perlu mengkhawatirkanku seperti itu. Aku tidak apa-apa. Sekarang lebih baik kau pulang. Dan tunggu…” sedetik kemudian ia melepaskan sweater abu-abu yang ia kenakan dan memberikannya padaku.
“Pakailah ini. Meskipun aku tidak ada untuk menjaga dan melindungimu, biarkan sweater ini yang melindungimu dari cuaca dingin seperti sekarang ini. Nah, sekarang pulanglah.” Suaranya terdengar semakin melemah.
“Tapi, Oppa…”
“Pergilah, kataku!” ada apa dengannya?

(Sehun POV)
“Pergilah, kataku!” maafkan aku, Shin Young. Aku hanya tidak ingin kau melihatku seperti ini. Melihatku yang semakin lemah dari hari ke hari. Mianhae.
Tanpa berkata-kata lagi kulihat dirinya yang mulai berlalu dari hadapanku dan kutatap lekat punggungnya yang semakin menjauh dari jangkauan mataku sambil menahan rasa sakit di dadaku dengan memegangnya erat. Mungkin aku harus segera melepasnya. Pria itu, Cho Kyu Hyun. Kurasa dialah yang tepat yang akan menggantikanku di sisi Shin Young kelak, kurasa dialah yang pantas berada di sisi orang yang begitu kucintai itu.

“Mianhae, Shin Young-ah.” Dengan langkah yang tertatih dan tubuh yang hanya dibalut oleh kaus putih serta celana jeans berwarna hitam ini, aku pergi menuju Seoul Hospital. Tempat yang selama ini menjadi perlindunganku dari teriknya matahari siang hari ataupun dari rintik hujan dan angin yang berhembus kencang sampai menusuk rusukku.
“Ini sudah lebih dari satu jam yang kau janjikan, Oppa?” yah, dia adalah Oh Seri adik perempuanku yang sama cerewetnya dengan Shin Young.
“Mianhae, Seri-ah~ kan Cuma terlambat 15 menit.”
“Mwo? Kau ini selalu saja merepotkan, Oppa! Dan apa ini? Aigoo~ dimana sweatermu itu, Oppa? Bagaimana kalau kau sampai kedinginan dan tiba-tiba pingsan di jalan? Bagaimana kalau aku tidak menemukanmu kemudian, Oppa?” emosinya naik dan wajahnya kini memerah karena amarah akibat ulahku.
“Gwenchana. Jangan marah lagi, ya? Kau tahu kan kalau oppamu ini pria yang tangguh, huh?”
“Aku tahu, Oppa! Tapi jangan buat aku khawatir begini. Jantungmu lemah, Oppa. Dan kita belum menemukan donor yang tepat. Coba mengerti itu, Oppa. Jangan buat aku khawatir, jangan Oppa. Kumohon~” suaranya bergetar begitu menyelesaikan kalimat terakhirnya.
“Andwe. Aku tidak akan mengulanginya, arra?” ucapku lembut dan kemudian memeluknya dengan erat. 

Aku juga tidak mau mengkhawatirkanmu, aku juga tidak ingin berada di posisi seperti ini, tidak ingin melihatmu, Shin Young serta orang lain menangisiku. Maafkan aku Seri-ah karena telah menjadi Oppa yang begitu lemah di hadapanmu.
“Hiks.. aku tidak akan membiarkan penyakit jantungmu bersarang di tubuhmu, Oppa.”
“Sudahlah, tidak perlu menangis lagi Seri-ah~”
Kami pun segera menuju kamar inapku setelah aku melepaskan pelukanku padanya. Inilah kami, dua bersaudara yang tinggal di kota yang begitu sibuk dan sesak akan gedung-gedung besar, Seoul. Hanya tinggal berdua tanpa ayah dan ibu, karena memang mereka telah meninggal dunia. Beruntung kami masih memiliki sepupu disini, sehingga kami dapat bekerja dan melanjutkan sekolah pun berkatnya juga, paman kami.

Sesampainya kami di kamar inapku, seri langsung menyenderkan tubuhku pada senderan ranjang dan memberiku segelas air putih hangat.
“Minumlah, Oppa.” Perintahnya dengan diselingi senyum manisnya yang khas. Sepertinya anugerah wajah cantiknya diturunkan dari wajahku yang tampan ini, hehe.
“Gomawo, Seri-ah. Ehm, selama aku keluar tadi apa yang kau lakukan?”
“Aku?” tanyanya dengan menunjuk dirinya sendiri. Dan aku hanya membalasnya dengan mengangguk pelan.
“Aku mengobrol dengan dokter muda yang tampan, Oppa. Dia itu seperti malaikat berwajah imut. Hahaha”
“Ya! Kau ini kecil-kecil sudah genit. Memangnya siapa namanya? Apa aku mengenalnya?”
“Namanya Xi Luhan. Kau seharusnya sih mengenalnya, karena dia selalu mendampingi Park Seo Ju uisa jika sedang memeriksa keadaanmu.”
“Benarkah? Setampan apa memangnya dia? Aku tidak yakin.”
“Yang pasti dia jauh lebih imut darimu, Oppa.”
Cklek! Seseorang masuk ke kamar ini. Seorang pria dengan tubuh kurus serta warna rambut blonde dan mengenakan jubah dokter berwarna putih yang terlihat sedikit kebesaran di tubuhnya.
“Selamat sore, Sehun-ssi, Seri-ssi. Hari ini Park uisa tidak bisa memeriksa keadaanmu karena sedang ada urusan di Gangnam. Jadi, hari ini akulah yang akan memeriksa keadaanmu.”
“Dengan senang hati, Xi Luhan-ssi.” Sahut Seri tiba-tiba dengan mata yang berbinar.
“Cheosonghamnida, tapi saat ini merupakan jam kerjaku. Jadi mohon panggil Luhan uisa saja.”
“hmppft.” Aku segera menutup mulutku menahan tawa yang sebentar lagi akan meledak dari mulutku.
“Oh, iya. Mianhamnida.” Ucap Seri dengan volume kecil.
“Ehm, bagaimana kondisimu Sehun-ssi?” Tanya dokter muda ini.
“Aku rasa sudah cukup membaik, uisa.”
“Apa sudah ada pendonor jantung, uisa?” tiba-tiba Seri menimpali perkataanku.
“Ya! Pabbo. Tidak semudah itu mencari pendonor jantung, Seri-ah.” Kesalku padanya.
“Ah, apa salahnya mencoba, Oppa? Lagipula aku yakin seuatu hari pasti aka nada orang yang berbaik hati mendonorkan jantungnya untukmu.” Lanjutnya sambil menerawang jauh.
“Meski ada sekalipun, keluarganya tidak akan merelakan orang yang ‘berbaik hati’ tersebut mendonorkan jantungnya untukku. Memangnya siapa aku?”
“Kau ini selalu pesimis, Oppa. Malu dilihat oleh Luhan uisa. Huh, aku mau keluar dulu mencari udara segar. Kalau ada yang kau butuhkan telepon saja ya, Oppa. Annyeong Oppa, annyeong Luhan uisa.”
“Ya, ya, ya! Mau kemana kau, Oh Seri?”
Cklek! Tidak ada jawaban darinya. Dan di ruangan ini hanya tersisa kami berdua – aku dan Xi Luhan sang dokter muda imut.
“Kau hebat Sehun-ssi.” Sahut dokter muda itu dan sukses membuatku sedikit terkejut.
“Eoh? Maksud anda?”
“Ya. Sampai saat ini, dua bulan anda dirawat di tempat ini. Di tempat yang sesak akan bau obat-obatan yang sejujurnya membuatku ingin muntah. Apa yang membuat anda bertahan sejauh ini?”
“Oh, itu. Kalau aku menjawab kepada anda tentang ‘kekuatan cinta’, percayakah?”
“Jadi karena itu? Tentu aku percaya.”
“Mwo? Baru kali ini aku melihat orang seyakin dirimu, uisa. Bagaimana bisa?”
Uisa itu terdiam sejenak sebelum memulai menjawab.

“Karena aku pernah mengalaminya. Saat aku berusia 11 tahun, aku bertemu dengan seorang gadis kecil yang mungkin usianya sekitar lima tahun dibawahku. Aku melihatnya terbujur kaku di pinggir jalan dekat rumahku di Busan sambil menggenggam sebuah boneka. Aku piker saat itu dia telah meninggal. Begitu kubawa dia kedalam rumah dan kupanggil dokter, barulah aku tahu dia masih hidup. Ternyata dia punya penyakit asma. Mulai dari kejadian itu aku dan dia menjadi akrab dan aku berjanji akan menjaaga dan melindunginya sampai kapanpu. Hh, janji anak-anak. Dan begitu seterusnya kami sering bermain bersama, hingga saat setahun kemudian aku mendengar kabar dia pindah ke Seoul bersama keluarganya. Saat itu aku mreasa ada sesuatu yang hilang, entah apa aku tidak tahu. Dan barulah aku sadari ternyata yang hilang adalah separuh ini, separuh hatiku. Dan sejak saat itu aku mulai belajar keras untuk menjadi seorang dokter. Benar saja aku lulus kuliah dengan gelar cumllaud dan berhasil menjadi dokter muda sampai saat ini. Dengan begitu aku tetap memegang janjiku untuk menjaga gadis kecil itu, meski raga yang berbeda yang aku rawat dan kujaga. Contohnya kau.”
“Kau gigih sekali, uisa. Aku kagum, dan Seri benar sepertinya aku malu jika harus berpesimis ria dihadapanmu. Maaf jika melihatku yang seperti ini.”
“Gwenchana. Kini, kau harus optimis untuk sembuh, yakinlah suatu saat akan ada yang merelakan jantungnya untukmu tanpa paksaan.”
“Ya, kamsahamnida uisanim.” Kuukir sebuah senyum dibibirku dan dia pun  membalas dengan sebuah anggukan pelan dan senyaman pula sepertiku.
Untuk itu aku akan bertahan hidup untukmu, Choi Shin Young, juga untukmu Oh Seri. Meski aku tahu itu sulit meski mungkin nantinya aku tidak bisa menepati janjiku untuk ada bersama kalian, tetaplah yakin aku selalu menjaga kalian disana.

(Author POV)

~ 3 weeks later ~

“Shin Young-ah, apa kau sudah siap?” ucap seorang wanita paruh baya kepada putrinya.
“Aku, aku tidak pernah siap, Eomma. Aku tidak pernah menginginkan ini terjadi. Hiks.” Jawab Shin Young sesenggukan.
Melihat putrid bungsunya meneteskan air mata membuat hati ibu dua anak itu luluh dan kini telah berdiri di belakang anaknya yang sedang duduk di depan meja rias. Dan kini terpantulah bayangan mereka di cermin yang berukuran besar itu.
“Shin Young-ah. Kami tahu kau tak pernah menginginkan pernikahan ini, tapi mengertilah kami – aku dan appamu. Kau tahu, kan? Eonnie mu adalah seorang yang sangat mencintai pekerjaannya dan bersifat perfeksionis. Kami tidak mungkin menjodohkannya dengan anak sahabat appamu. Juga, kau adalah yang satu-satunya dipilih oleh Cho Jung Soo, jdi kami yakin kau adalah satu-satunya harapan kami. Selain Jung Soo adalah sahabat appamu, perusahaan kita tengah di ambang kehancuran dan hanya beliaulah yang bersedia membantu kita. Dia ingin keluarga kita terikat pada satu hubungan keluarga, dan…”
“Dan mengorbankan perasaanku?”
“Aniyo, Shin Young-ah…”
“Tidak perlu, Eomma. Ayo kita berangkat ke gereja sekarang sebelum terlambat.”
Segera kulangkahkankaiku keluar kamarku dengan susah payah karena gaun yang kukenakan dan menuju mobil pengantin yang telah disediakan. Hari ini merupakan hari pernikahanku dengan Kyu Hyun oppa. Entah mengapa rasanya aku berat untuk menikah dengannya.
Begitu kami sampai aku segera diantar eomma menuju ruang tunggu pengantin wanita. Namun begitu aku melewati ruang tunggu pengantin pria, aku seperti mendengar suara orang yang tidak asing bagiku.
“Eomma, sampai sini saja mengantarku. Aku akan pergi ke ruang tunggu sendiri. Aku ingin menenangkan diriku sebelum acaranya dimulai.”
“Baiklah. Persiapkan dirimu, Shin Young-ah.” Aku hanya membalasnya dengan anggukan pelan dan tersenyum. Mungkin itu dapat meyakinkannya akan keputusanku hari ini.
Ku dekatkan tubuhku dan sedikit mengintip ke celahpintu yang tidak ditutup dengan benar yang berkisar 5 cm itu.
“Demi keluargaku, demi keluargamu, demi Shin Young, dan demi aku… menikahlah dengannya hari ini.” Suara yang bergetar itu, milik… Soo Young eonnie? Sebenarnya apa hubungan mereka?
“Meskipun aku menikah dengannya hari ini, namun untuk selamanya hati ini tidak akan pernah membiarkanmu pergi. Tidak akan menghapus namamu yang sudah terlanjur terukir indah disini, dihatiku.” Kini Kyu Hyun oppa menggenggam tangan Soo Young eonnie dan mengarahkannya ke dada bidangnya. Sedetik kemudian, Kyu Hyun oppa membawa Soo Young eonnie ke dalam dekapannya. Entah mengapa hati ini terasa sangat lega, terasa seperti ada sebuah beban yang berhasil terlepas dari pundakku.
“Kalian saling mencintai rupanya…”
“Shin.. Shin Young?”

----- To Be Continue -----


Tidak ada komentar:

Posting Komentar