Title :
How To Breathe? (Chapter 1)
Author :
Claraapr
Rating :
PG - 15
Length :
Twoshoot
Genre :
AU, Romance, Sad
Main Cast : Oh Sehun
Choi Shin Young (OC)
Other Cast : Cho Kyu Hyun
Choi
Soo Young
Xi
Luhan
Oh Seri
DC : FF ini milik author dan
jangan sampai meng-copast FF ini tanpa izin. RCL, gomawo ^^ maaf untuk typo(s).
Happy reading.
(Author
POV)
“Eotthae?
Pas bukan di tubuhmu?” Tanya seorang pria berkulit putih yang sedang berdiri
menghadap seorang gadis sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku
celananya.
“A..Aku.
ini bagus sekali. Tapi…” yang ditanya justru menjawab dengan menundukkan
kepalanya dalam.
“Choi
Shin Young~” panggil sang pria sambil mendekat kearah gadis tersebut.
“Duduklah
di sini, dan dengarkan aku.” Pria tersebut mendudukkan sang gadis pada sebuah
kursi kayu yang halus.
“Aku
mohon, bertindaklah seperti halnya seseorang yang menyambut hari pernikahannya.
Ini sudah menginjak 4 bulan kita bertunangan, Shin young-ah. Aku harap kau bisa
mengerti maksudku, jangan buat semua orang kecewa kalau pernikahan kita sampai
batal.”
“Aku
tahu, tapi… dia masih ada dalam hati dan pikiranku. Aku.. Aku tidak bisa begitu
saja melupakannya.” Suara gadis itu terdengar bergetar. Dan pria yang
melihatnya hanya dapat tersenyum hambar tanpa arti.
“Aku
janji akan selalu berada di sisimu. Dan juga aku…”
“Tapi
aku tidak bisa berjanji sepertimu! Aku masih mencintainya!” hardik gadis itu
tanpa memperdulikan ucapan pria tadi dan langsung memotongnya begitu saja.
Gadis
bernama Shin Young, Choi Shin Young tersebut masuk ke dalam ruang ganti pakaian
dan mengganti pakaiannya yang semula mengenakan gaun pengantin yang indah nan
mewah, menjadi hanya gaun simple berwarna peach selutut yang Nampak cantik
dipakainya.
Dia
keluar dengan menenteng sebuah tas berwarna coklat muda dan terlihat kontras
dengan warna kulitnya yang putih.
“Shin
Young-ah, chakkaman!” sebuah tangan besar milik namja tersebut menahan legan
Shin Young agar tidak segera berlalu dari hadapannya.
“Mianhae,
aku harus pergi sekarang juga oppa. Ada urusan yang harus aku selesaikan.”
Dengan sekali hentakan saja, kini tangan Choi Shin Young telah terlepas dari
genggaman pria itu.
Pria
yang sedari tadi hanya mengalah dan mencoba meyakinkan Shin Young itu pun hanya
dapat terduduk lemas diatas sofa di toko baju pengantin sambil memijat
keningnya yang terasa pusing itu.
“Mengertilah,
Choi Shin Young…” lirih pria tersebut.
-----
Flashback -----
“Hari
ini kita akan kedatangan tamu special yang kuundang untuk makan malam bersama,
jadi kumohon bersikaplah dengan sopan. Terutama kau, Choi Shing Young.” Ucap
Choi Ma Ru pada kedua putrinya, Choi Soo Young sang kakak dan adiknya, Choi
Shin Young.
“Ne,
Appa. Kalau boleh kami tahu, siapa yang akan datang?” tanya Soo Young pada
ayahnya dengan sopan dan lembut.
“Ini
masih rahasia. Nanti kalian akan tahu begitu mereka datang.”
Lima
menit kemudia bel rumah kediaman Choi tersebut berbunyi dan dengan sigap,
pembantu keluarga itu pun membukakan pintu bagi sang tamu. Begitu tamu yang
diharapkan masuk ke dalam rumah dan menuju ruang makan dimana seluruh keluarga
Choi Ma Ru telah menunggunya.
“Ahhaha,
Cho Jung Soo sahabatku. Lama kita tidak berjumpa, bagaimana perjalanan
bisnismu?” Choi Ma Ru berdiri menyambut tamu yang sudah ditunggunya tersebut.
“Baru
dua tahun aku melakukan perjalanan bisnis kau sudah sebegitunya merindukanku,
Ma Ru-ya?” yang ditanya malah justru balik bertanya.
“Ahaha,
tentu. Kau ini sahabatku. Lalu dimana si jagoan tampan itu? Apa tidak ikut?”
“Tentu,
tentu dia ikut. Dia bilang akan menyusul, mungkin sebentar lagi akan sampai
disini. Lalu dimana dua putrid cantikmu itu?”
“Ahh,
ini. Soo Young-ah, Shin Young-ah berdirilah dan beri salam pada sahabat ayah,
Cho Jung Soo dan istrinya.”
“Anyyeonghasimnika.
Joaneun Choi Soo Young imnida, bangapseumnida.”
“Shin
Young imnida.” Seketika kemudian Soo Young menyenggol lengan Shin Young yang
agak kurang sopan dalam memperkenalkan namanya itu. Dan Shin Young pun langsung
mengerti.
“Ahh, cheosonghamnida. Joaneun choi Shin Young
imnida, bangapseumnida.”
“Taka
apa. Sekarang kalian sudah tumbuh lebih dewasa rupanya hahaha. Dan kau, Shin
Young-ssi sangat unik dan menggemaskan.”
“hehe,
goma.. ehm, kamsahamnida.” Ucap Shin Young sedikit tertunduk dengan pipi
kemerahan.
“ketika
di tengah acara makan malam mereka, terdengar suara derap langkah seseorang
menuju ruang makan.
“Cheosonghamnida,
aku terlambat.” Semua mata mengarah kea rah pria yang baru saja datang dan
membungkukkan badannya tersebut.
Namun
pria tersebut justru mematung menatap sepasang manic mata milik seseorang yang
sangat dia cintai.
“Soo..
Soo Young-ah?”
“Kyu
Hyun? Apa yang kau lakukan di sini?”
“Loh?
Jadi kalian sudah saling mengenal? Waah bagus itu. Kemari, nak. Kau duduklah
dulu, kami akan menjelaskan semuanya seusai makan.”
Sekitar
lima menit setelah kedatangan pria bernama Cho Kyu Hyun tersebut, suasana
menjadi hening dan mata Kyu Hyun pun tak bisa lepas dari gadis yang ada di
hadapannya kini.
“Jadi
sebenarnya kami, aku dan Cho Jung Soo mengumpulkan kita di sini adalah untuk
satu tujuan.” Ucap Tuan Choi Ma Ru.
“Itu
benar. Kami sebagai orangtua dari kalian sekaligus sahabat lama telah
merundingkan hal ini dan menyepakati suatu keputusan, yaitu menjodohkan
kalian.” Sambung Cho Jung Soo.
“MWO?”
histeris ketiga pemuda-pemudi itu.
“Ya,
dan aku telah memilih salah satu dari kalian berdua, Soo Young-ssi, Shin
Young-ssi.”
Lanjut
Cho Jung Soo.
“Berhubung
kalian berdua telah saling mengenal, jadi hal tersebut baik adanya. Kalian bisa
saling membantu sebagi ipar, Kyu Hyun-ssi dan Soo Young-ah.”
“M..
mwo? Maksud kalian, aku yang akan di jodohkan dengan pria ini?” sahut Shin
Young seketika.
“Benar.
Kau lah yang di pilih oleh sahabat Appa ini, Shin Young-ah.”
“Shireo!
Aku bahkan sudah mempunyai kekasih. Kenapa tidak Soo Young eonnie saja?”
“Appa,
kau pasti berbohong. Kau tidak mungkin menjodohkanku dengan seseorang dengan
cara seperti ini. Ini salah, benar-benar salah.” Ucap Kyu Hyun di tengah
perdebatan tersebut. Dan Soo Young masih terdiam tanpa suara yang berarti.
“Aku
sudah memutuskannya, anakku. Appa sudah kita sekuat dulu dalam menjalankan
perusahan, dan Appa pikir kau harus melanjutkan perusahaan kita dengan menikahi
putrid sahabat Appa, Choi Shin Young.”
“Tapi…”
“Jangan
kecewakan kami, nak.” Kata-kata Cho Jung Soo seakan-akan mengunci mulut bibir
Kyu Hyun untuk berkata-kata kembali.
“Kau
juga jangan kecewakan kami, Shin Young-ah. Appa mohon padamu.” Timpal Choi Ma
Ru sambil membungkukkan badannya pertanda begitu memohon pada Shin Young.
-----
Flashback End -----
(Shin
Young POV)
Kulangkahkan
kakiku di sepanjang jalanan perkotaan yang ramai akan lalu lalang orang-orang
dan kesibukannya. Entah sampai diamana kaki ini membawaku, sampai lelah
mungkin.
“Kenapa
jadi seperti ini? Bisa-bisanya mereka melakukan ini padaku!” gumamku kesal.
“Selalu
seperti ini. Dasar cengeng!” suara itu.
“Oppa?”
dan dia pun menjongkokkan dirinya sejajar denganku saat ini.
“Yeoja
jelek yang menangis dan menggumam tidak jelas di sebuah ayunan. Ah, bagaimana
bisa dulu aku menyukainya, ya? Memalukan. Hahaha”
“Kau
jahat, Oppa. Kau sama seperti mereka, tidak mengerti perasaanku saat ini!”
ucapku sambil memukul-pukul pundaknya yang dibalut sweater abu-abu yang
terlihat kontras dengan kulitnya yang putih pucat.
“Berhentilah,
sakit tahu.”
Dialah
pria itu, pria yang dulu sempat dan sampai saat ini masih aku cintai. Oh Sehun.
Saat
tanganku masih asyik memukul-pukul bahunya tersebut, tiba-tiba tangan besarnya
telah menggapai tangan kecilku dan menghentikan aksiku tersebut. Keadaan
berubah menjadi hening dan angin semakin berhembus dengan kencang.
“Saranghae
Shin Young-ah.” Ucapnya singkat dan sedetik kemudian mengecup keningku perlahan.
Tiba-tiba keningku menghangat dan mataku memanas, setitik cairan bening kini
telah meluncur bebas dari mataku.
“Nado,
Oppa.” Kami membiarkan keadaan tetap seperti ini sampai sekitar lima menit
lamanya. Sampai akhirnya Sehun lah yang memulai percakapan antara kami dan
melepaskan kecupannya di keningku.
“Pabboya~”
“Mwo?”
“Mana
boleh keluar rumah hanya menggunakan dress selutut di tengah cuaca dingin
seperti ini, huh?”
“Ah,
itu. Mianhae, Oppa aku lupa. Tadi aku baru saja dari fitting gaun pengantin
dengan Cho Kyu Hyun.”
“Oh,
pria tampan itu ya? Baguslah kalau begitu.”
“Kau
masih jauh lebih tampan darinya, Oppa.”
“Dasar
kau ini. Tapi, aku sedikit protes padanya. Bagaimana bisa dia membiarkanmu
pergi dengan pakaianmu yang seperti ini? Seharusnya sebagai calon suami yang
baik, dia harus mengejarmu ‘kan?”
“Shireo!
Sampai kapanpun aku tidak akan menikah dengannya. Aku akan dan hanya akan
menikah denganmu, Oh Sehun.” Dan satu jitakan pun berhasil mendarat di atas
kepalaku.
“Aww?
Kenapa sih kau ini, Oppa? Apa aku salah bicara, huh?” lanjutku kemudian.
“Tidak,
tapi kau salah besar nona Choi Shin Young. Dan lagi kau sudah bertindak tidak
sopan dengan memanggilku ‘Oh Sehun’. Arra?”
“Ih
kau ini. Bukankah itu namamu?” ucapku dengan mengerucutkan bibirku.
“Hahaha,
bagaimana ku bisa marah padamu, Shin young-ah?” kini justru Sehun sedang
mencubit kedua pipiku gemas.
“Aa..
Hwentikan. Sakit, Owpaa.” Akibat tindakannya ini aku jadi sulit bicara dan
pipiku pun memerah bekas dicubit olehnya.
“Sekarang
alangkah baiknya kau pulang nona Choi Shin Young. Uhuk uhuk.” Perintahnya
padaku dan setelah itu batuk. Apa dia sedang sakit? Akhir-akhir ini kulihat
pipinya yang memucat tiap kali bertemu.
“Oppa,
apa kau sakit?” benar saja. Ketika kusentuh keningnya, kurasakan suhu tubuhnya
yang begitu tinggi. Pantas saja keningku terasa hangat saat dia menciumnya.
“Ah,
tidak perlu mengkhawatirkanku seperti itu. Aku tidak apa-apa. Sekarang lebih
baik kau pulang. Dan tunggu…” sedetik kemudian ia melepaskan sweater abu-abu
yang ia kenakan dan memberikannya padaku.
“Pakailah
ini. Meskipun aku tidak ada untuk menjaga dan melindungimu, biarkan sweater ini
yang melindungimu dari cuaca dingin seperti sekarang ini. Nah, sekarang
pulanglah.” Suaranya terdengar semakin melemah.
“Tapi,
Oppa…”
“Pergilah,
kataku!” ada apa dengannya?
(Sehun
POV)
“Pergilah,
kataku!” maafkan aku, Shin Young. Aku hanya tidak ingin kau melihatku seperti
ini. Melihatku yang semakin lemah dari hari ke hari. Mianhae.
Tanpa
berkata-kata lagi kulihat dirinya yang mulai berlalu dari hadapanku dan kutatap
lekat punggungnya yang semakin menjauh dari jangkauan mataku sambil menahan
rasa sakit di dadaku dengan memegangnya erat. Mungkin aku harus segera melepasnya.
Pria itu, Cho Kyu Hyun. Kurasa dialah yang tepat yang akan menggantikanku di
sisi Shin Young kelak, kurasa dialah yang pantas berada di sisi orang yang
begitu kucintai itu.
“Mianhae,
Shin Young-ah.” Dengan langkah yang tertatih dan tubuh yang hanya dibalut oleh
kaus putih serta celana jeans berwarna hitam ini, aku pergi menuju Seoul
Hospital. Tempat yang selama ini menjadi perlindunganku dari teriknya matahari
siang hari ataupun dari rintik hujan dan angin yang berhembus kencang sampai
menusuk rusukku.
“Ini
sudah lebih dari satu jam yang kau janjikan, Oppa?” yah, dia adalah Oh Seri
adik perempuanku yang sama cerewetnya dengan Shin Young.
“Mianhae,
Seri-ah~ kan Cuma terlambat 15 menit.”
“Mwo?
Kau ini selalu saja merepotkan, Oppa! Dan apa ini? Aigoo~ dimana sweatermu itu,
Oppa? Bagaimana kalau kau sampai kedinginan dan tiba-tiba pingsan di jalan?
Bagaimana kalau aku tidak menemukanmu kemudian, Oppa?” emosinya naik dan
wajahnya kini memerah karena amarah akibat ulahku.
“Gwenchana.
Jangan marah lagi, ya? Kau tahu kan kalau oppamu ini pria yang tangguh, huh?”
“Aku
tahu, Oppa! Tapi jangan buat aku khawatir begini. Jantungmu lemah, Oppa. Dan
kita belum menemukan donor yang tepat. Coba mengerti itu, Oppa. Jangan buat aku
khawatir, jangan Oppa. Kumohon~” suaranya bergetar begitu menyelesaikan kalimat
terakhirnya.
“Andwe.
Aku tidak akan mengulanginya, arra?” ucapku lembut dan kemudian memeluknya dengan
erat.
Aku juga tidak mau mengkhawatirkanmu, aku juga tidak ingin berada di
posisi seperti ini, tidak ingin melihatmu, Shin Young serta orang lain
menangisiku. Maafkan aku Seri-ah karena telah menjadi Oppa yang begitu lemah di
hadapanmu.
“Hiks..
aku tidak akan membiarkan penyakit jantungmu bersarang di tubuhmu, Oppa.”
“Sudahlah,
tidak perlu menangis lagi Seri-ah~”
Kami
pun segera menuju kamar inapku setelah aku melepaskan pelukanku padanya. Inilah
kami, dua bersaudara yang tinggal di kota yang begitu sibuk dan sesak akan
gedung-gedung besar, Seoul. Hanya tinggal berdua tanpa ayah dan ibu, karena
memang mereka telah meninggal dunia. Beruntung kami masih memiliki sepupu
disini, sehingga kami dapat bekerja dan melanjutkan sekolah pun berkatnya juga,
paman kami.
Sesampainya
kami di kamar inapku, seri langsung menyenderkan tubuhku pada senderan ranjang
dan memberiku segelas air putih hangat.
“Minumlah,
Oppa.” Perintahnya dengan diselingi senyum manisnya yang khas. Sepertinya
anugerah wajah cantiknya diturunkan dari wajahku yang tampan ini, hehe.
“Gomawo,
Seri-ah. Ehm, selama aku keluar tadi apa yang kau lakukan?”
“Aku?”
tanyanya dengan menunjuk dirinya sendiri. Dan aku hanya membalasnya dengan
mengangguk pelan.
“Aku
mengobrol dengan dokter muda yang tampan, Oppa. Dia itu seperti malaikat
berwajah imut. Hahaha”
“Ya!
Kau ini kecil-kecil sudah genit. Memangnya siapa namanya? Apa aku mengenalnya?”
“Namanya
Xi Luhan. Kau seharusnya sih mengenalnya, karena dia selalu mendampingi Park
Seo Ju uisa jika sedang memeriksa keadaanmu.”
“Benarkah?
Setampan apa memangnya dia? Aku tidak yakin.”
“Yang
pasti dia jauh lebih imut darimu, Oppa.”
Cklek!
Seseorang masuk ke kamar ini. Seorang pria dengan tubuh kurus serta warna rambut
blonde dan mengenakan jubah dokter berwarna putih yang terlihat sedikit
kebesaran di tubuhnya.
“Selamat
sore, Sehun-ssi, Seri-ssi. Hari ini Park uisa tidak bisa memeriksa keadaanmu
karena sedang ada urusan di Gangnam. Jadi, hari ini akulah yang akan memeriksa
keadaanmu.”
“Dengan
senang hati, Xi Luhan-ssi.” Sahut Seri tiba-tiba dengan mata yang berbinar.
“Cheosonghamnida,
tapi saat ini merupakan jam kerjaku. Jadi mohon panggil Luhan uisa saja.”
“hmppft.”
Aku segera menutup mulutku menahan tawa yang sebentar lagi akan meledak dari
mulutku.
“Oh,
iya. Mianhamnida.” Ucap Seri dengan volume kecil.
“Ehm,
bagaimana kondisimu Sehun-ssi?” Tanya dokter muda ini.
“Aku
rasa sudah cukup membaik, uisa.”
“Apa
sudah ada pendonor jantung, uisa?” tiba-tiba Seri menimpali perkataanku.
“Ya!
Pabbo. Tidak semudah itu mencari pendonor jantung, Seri-ah.” Kesalku padanya.
“Ah,
apa salahnya mencoba, Oppa? Lagipula aku yakin seuatu hari pasti aka nada orang
yang berbaik hati mendonorkan jantungnya untukmu.” Lanjutnya sambil menerawang
jauh.
“Meski
ada sekalipun, keluarganya tidak akan merelakan orang yang ‘berbaik hati’
tersebut mendonorkan jantungnya untukku. Memangnya siapa aku?”
“Kau
ini selalu pesimis, Oppa. Malu dilihat oleh Luhan uisa. Huh, aku mau keluar
dulu mencari udara segar. Kalau ada yang kau butuhkan telepon saja ya, Oppa.
Annyeong Oppa, annyeong Luhan uisa.”
“Ya,
ya, ya! Mau kemana kau, Oh Seri?”
Cklek!
Tidak ada jawaban darinya. Dan di ruangan ini hanya tersisa kami berdua – aku
dan Xi Luhan sang dokter muda imut.
“Kau
hebat Sehun-ssi.” Sahut dokter muda itu dan sukses membuatku sedikit terkejut.
“Eoh?
Maksud anda?”
“Ya.
Sampai saat ini, dua bulan anda dirawat di tempat ini. Di tempat yang sesak
akan bau obat-obatan yang sejujurnya membuatku ingin muntah. Apa yang membuat
anda bertahan sejauh ini?”
“Oh,
itu. Kalau aku menjawab kepada anda tentang ‘kekuatan cinta’, percayakah?”
“Jadi
karena itu? Tentu aku percaya.”
“Mwo?
Baru kali ini aku melihat orang seyakin dirimu, uisa. Bagaimana bisa?”
Uisa itu terdiam sejenak sebelum memulai menjawab.
“Karena
aku pernah mengalaminya. Saat aku berusia 11 tahun, aku bertemu dengan seorang
gadis kecil yang mungkin usianya sekitar lima tahun dibawahku. Aku melihatnya
terbujur kaku di pinggir jalan dekat rumahku di Busan sambil menggenggam sebuah
boneka. Aku piker saat itu dia telah meninggal. Begitu kubawa dia kedalam rumah
dan kupanggil dokter, barulah aku tahu dia masih hidup. Ternyata dia punya
penyakit asma. Mulai dari kejadian itu aku dan dia menjadi akrab dan aku
berjanji akan menjaaga dan melindunginya sampai kapanpu. Hh, janji anak-anak.
Dan begitu seterusnya kami sering bermain bersama, hingga saat setahun kemudian
aku mendengar kabar dia pindah ke Seoul bersama keluarganya. Saat itu aku
mreasa ada sesuatu yang hilang, entah apa aku tidak tahu. Dan barulah aku
sadari ternyata yang hilang adalah separuh ini, separuh hatiku. Dan sejak saat
itu aku mulai belajar keras untuk menjadi seorang dokter. Benar saja aku lulus
kuliah dengan gelar cumllaud dan berhasil menjadi dokter muda sampai saat ini.
Dengan begitu aku tetap memegang janjiku untuk menjaga gadis kecil itu, meski
raga yang berbeda yang aku rawat dan kujaga. Contohnya kau.”
“Kau
gigih sekali, uisa. Aku kagum, dan Seri benar sepertinya aku malu jika harus
berpesimis ria dihadapanmu. Maaf jika melihatku yang seperti ini.”
“Gwenchana.
Kini, kau harus optimis untuk sembuh, yakinlah suatu saat akan ada yang
merelakan jantungnya untukmu tanpa paksaan.”
“Ya,
kamsahamnida uisanim.” Kuukir sebuah senyum dibibirku dan dia pun membalas dengan sebuah anggukan pelan dan
senyaman pula sepertiku.
Untuk
itu aku akan bertahan hidup untukmu, Choi Shin Young, juga untukmu Oh Seri.
Meski aku tahu itu sulit meski mungkin nantinya aku tidak bisa menepati janjiku
untuk ada bersama kalian, tetaplah yakin aku selalu menjaga kalian disana.
(Author
POV)
~
3 weeks later ~
“Shin
Young-ah, apa kau sudah siap?” ucap seorang wanita paruh baya kepada putrinya.
“Aku,
aku tidak pernah siap, Eomma. Aku tidak pernah menginginkan ini terjadi. Hiks.”
Jawab Shin Young sesenggukan.
Melihat
putrid bungsunya meneteskan air mata membuat hati ibu dua anak itu luluh dan
kini telah berdiri di belakang anaknya yang sedang duduk di depan meja rias.
Dan kini terpantulah bayangan mereka di cermin yang berukuran besar itu.
“Shin
Young-ah. Kami tahu kau tak pernah menginginkan pernikahan ini, tapi
mengertilah kami – aku dan appamu. Kau tahu, kan? Eonnie mu adalah seorang yang
sangat mencintai pekerjaannya dan bersifat perfeksionis. Kami tidak mungkin
menjodohkannya dengan anak sahabat appamu. Juga, kau adalah yang satu-satunya
dipilih oleh Cho Jung Soo, jdi kami yakin kau adalah satu-satunya harapan kami.
Selain Jung Soo adalah sahabat appamu, perusahaan kita tengah di ambang
kehancuran dan hanya beliaulah yang bersedia membantu kita. Dia ingin keluarga
kita terikat pada satu hubungan keluarga, dan…”
“Dan
mengorbankan perasaanku?”
“Aniyo,
Shin Young-ah…”
“Tidak
perlu, Eomma. Ayo kita berangkat ke gereja sekarang sebelum terlambat.”
Segera
kulangkahkankaiku keluar kamarku dengan susah payah karena gaun yang kukenakan
dan menuju mobil pengantin yang telah disediakan. Hari ini merupakan hari
pernikahanku dengan Kyu Hyun oppa. Entah mengapa rasanya aku berat untuk
menikah dengannya.
Begitu
kami sampai aku segera diantar eomma menuju ruang tunggu pengantin wanita.
Namun begitu aku melewati ruang tunggu pengantin pria, aku seperti mendengar
suara orang yang tidak asing bagiku.
“Eomma,
sampai sini saja mengantarku. Aku akan pergi ke ruang tunggu sendiri. Aku ingin
menenangkan diriku sebelum acaranya dimulai.”
“Baiklah.
Persiapkan dirimu, Shin Young-ah.” Aku hanya membalasnya dengan anggukan pelan
dan tersenyum. Mungkin itu dapat meyakinkannya akan keputusanku hari ini.
Ku
dekatkan tubuhku dan sedikit mengintip ke celahpintu yang tidak ditutup dengan
benar yang berkisar 5 cm itu.
“Demi
keluargaku, demi keluargamu, demi Shin Young, dan demi aku… menikahlah
dengannya hari ini.” Suara yang bergetar itu, milik… Soo Young eonnie?
Sebenarnya apa hubungan mereka?
“Meskipun
aku menikah dengannya hari ini, namun untuk selamanya hati ini tidak akan
pernah membiarkanmu pergi. Tidak akan menghapus namamu yang sudah terlanjur
terukir indah disini, dihatiku.” Kini Kyu Hyun oppa menggenggam tangan Soo
Young eonnie dan mengarahkannya ke dada bidangnya. Sedetik kemudian, Kyu Hyun
oppa membawa Soo Young eonnie ke dalam dekapannya. Entah mengapa hati ini
terasa sangat lega, terasa seperti ada sebuah beban yang berhasil terlepas dari
pundakku.
“Kalian
saling mencintai rupanya…”
“Shin..
Shin Young?”
-----
To Be Continue -----
Tidak ada komentar:
Posting Komentar