Title :
How To Breathe? (Chapter 2 / End Chapter)
Author :
Claraapr
Rating :
PG - 15
Length :
Twoshoot
Genre :
AU, Romance, Sad
Main Cast : Oh Sehun
Choi Shin Young (OC)
Other Cast : Cho Kyu Hyun
Choi
Soo Young
Xi
Luhan
Oh Seri
DC : FF ini milik author dan
jangan sampai meng-copast FF ini tanpa izin. RCL, gomawo ^^ maaf untuk typo(s).
Happy reading.
“Kalian
saling mencintai rupanya…” ucapku lirih di tengah kegiatan mereka yang masih
berpelukan. Aku sampai lupa bagaimana caranya bernafas.
“Shin..
Shing Young?” seketika mata Soo Young eonnie membulat ketika melihatku datang
dan memergokinya tengah berpelukan dengan calon suami adiknya ini. Namun, aku
lega dan senang akhirnya dia mendapatkan seseorang yang dia cintai. Meski kisah
mereka terhalangi oleh tingkah orangtua kami yang menjodohkanku dengan Kyu Hyun
oppa. Perjodohan ini begitu konyol dan bodoh dimataku.
“kalian…
mengapa tidak mengatakannya sejak awal?” lanjutku.
“Shin
Young…” kini Soo Young eonnie segera meraih tanganku dan digenggamnya erat.
“Aku,
aku tidak bermaksud…”
“Aku
tahu, Eonnie. Sudahlah dengarkan aku dulu.” Segera aku melepas genggaman Soo
Young eonnie dan berjalan menuju Kyu Hyun oppa serta memberinya sedikit
‘hadiah’.
Plak!
Sebuah tamparan kecil berhasil kulayangkan pada Kyu Hyun oppa.
“Shi..Shin
Young? Mianhe, aku tahu aku telah berbuat salah padamu. Seharusnya hari ini
menjadi hari bahagia kita, tapi aku malah…”
“Hentikan,
Oppa. Aku cuma ingin bertanya padamu. Siapa eonnieku ini bagimu?”
“Ani..
dia itu hanya ..”
“Hanya?”
“Dia…
mantan kekasihku.” Ucapnya dengan kepala yang tertunduk.
“Sejak
kapan dia menjadi mantan kekasihmu, Oppa? Jawab!” nada suaraku terdengar
meninggi. Dan kulihat Soo Young eonnie tampak begitu ketakutan.
“Hampir
lima bulan lalu saat kita dijodohkan.”
“Hh.”
Aku hanya mendengus singkat dan memiringkan senyumku.
“Kenapa
baru bilang sekarang? Kenapa tidak bilang saat kita dijodohkan saja? Kenapa kau
tidak bilang telah memiliki dia, Oppa?” tanyaku dengan menunjuk kearah Soo
Young eonnie.
“Itu..
aku..”
“Pengecut
sekali… kalian berdua. Sudah, aku mau ke ruang tungguku dulu. Aku pastikan
kalian akan berterimakasih padaku setelah ini. Dan jangan lupakan aku dalam
kehidupan cinta kalian.”
“Apa
maksudmu, Shin young-ah?” kini tampak raut wajah kebingungan milik Soo Young
eonnie yang kulihat.
“Tunggu
saatnya.” Biar kubuat mereka penasaran. Enak saja membiarkanku tidak mengetahui
yang sebenarnya terjadi. Mana mungkin aku merelakan perasaanku terhadap Sehun
oppa hanya karena hal bodoh seperti ini? Ini semua murni kesalahpahaman, aku
rasa. Ya, bisa jadi.
(Sehun
POV)
Dengan
sisa kekuatan tubuhku yang semakin melemah kugenggam erat undangan ini.
Undangan pernikahan antara Shin Young dan calon suaminya yang hanya menghitung
menit ini. Ah, pasti sudah terlambat jika ingin merebutnya kembali ke sisiku.
Mana mungkin aku yang selemah ini bisa mendapatkannya kembali kalau bukan
karena keajaiban Tuhan? Bernafas saja terlalu sulit bagiku.
“Oppa?
Apa yang kau lakukan? Kertas apa yang kau pegang itu?” suara Seri membuyarkan
lamunanku.
“Shin
Young~”
“Ada
apa dengan shin Young eonnie?”
“Sepertinya
sekaranglah dia menggapai bahagianya. Mendapatkan cinta dari seseorang yang
jauh lebih sempurna, lebih baik, lebih sehat, dan lebih segalanya dibandingkan
dengan diriku.”
“Apa
maksud oppa?”
“Dia…
Shin Young yang kucintai itu akan menjadi istri orang lain dalam beberapa menit
lagi.”
“M..Mwo?
benarkah itu?” seketika selimut yang dibawa Seri untukku terjatuh dan menyentuh
dinginnya lantai.
“Biarlah.
Biarlah ini menjadi takdirku, mencintai dia yang mencintaiku namun aku tak bisa
berada disisinya sebagai suami dan ayah bagi anak-anakku dengannya. Mungkin,
memang ini yang sudah ditentukan Tuhan bagiku.”
“Hentikan,
Oh Sehun. Dimana sisi tangguhmu yang kau sombongkan itu, hah? Aku melihat kau
begitu pengecut dan menyerah begitu saja pada takdir. Aku tidak percaya. Kalau
kau mau, ubah takdirmu sendiri dan pergilah sekarang temui dia. katakana kalau
kau tak akn pernah membiarkannya menjadi milik orang lain. Katakana kau
mencintainya.”
“Seri-ah~”
“Aku
tidak ingin kau terlihat lemah, Oppa. Kau pasti bisa mendapatkannya kembali.
Kalau kalian memang tercipta untuk bersama, jangan biarkan apapun terjadi untuk
menghalangi kisah kalian. Aku yakin, Shin Young eonnie masih amat mencintaimu,
Oppa.”
“Seri-ah~”
“Jangan
katakana apa-apa lagi, Oppa. Sekarang, bersiaplah dan kita akan hadir di sana.
Cepat!”
Seakan
tersihir oleh kata-kata Seri, aku pun mengikutinya dan segera berganti pakaian.
Mungkin aku memang bukan yang sempurna berada di sisinya, tapi akan kutunjukkan
betapa besarnya cinta dan keinginanku untuk dapat terus bersamanya.
Sekitar
20 menit perjalanan menuju gereja tempat diadakannya pemberkatan nikah antara
Shin Young dan Kyu Hyun. Ya, aku rasa belum terlambat.
Baru
saja aku sampai di depan gerbang gereja hati ini terasa sesak karena melihat
begitu banyak karangan bunga yang di dalamnya terdapat ucapan selamat atas
pernikahan kedua insan tersebut. Dan lagi, tampaknya mobil Lamborgini hitam
yang terlihat mewah itu akan menjadi pengantar mereka menuju tempat tinggal
yang baru. Hh, mana mungkin aku bisa memberi seluruh kemewahan seperti ini
kepada Shin Young? Mustahil.
“Oppa!
Kenapa malah melamun saja? Ayo kita masuk.”
“Ah,
mianhae. Ayo kita kita masuk sekarang.” ucapku sambil sesekali meremas dadaku
yang mulai terasa sakit kembali. Sial, kenapa di saat seperti ini jantungku
terasa berdenyut kencang?
Kami
berdua – aku dan Seri – pun mengambil tempat duduk di daerah paling belakang.
Tentu aku tidak akan mampu melihat mereka saat melakukan wedding kiss. Dan
selang waktu sepuluh menit acara siap dimulai dan kini pendeta telah bersiap di
tempatnya. Tampak seorang Cho Kyu Hyun telah berdiri di altar dengan
menggunakan jas putih yang elegan dan tampak mahal. Tidak lama setelah itu
munculah gadis yang sedang ditunggunya, begitu pun denganku. Dengan menggunakan
gaun putih tulang yang besar dan panjang serta membawa bunga di tangannya. Dan
itu, Tuan Choi Ma Ru, ayah Shin Young sedang mengantarkan putri bungsunya
menuju altar dimana telah berdiri dengan tegap sang calon suami, Cho Kyu Hyun.
Kulihat
dari atas sampai kebawah calon pengantin perempuan yang sukses menyita
perhatian, hati, dan pikiranku ini. Cantik. Dia benar-benar cantik mengenakan
gaun sakral itu. Andai saja yang berdiri di altar itu adalah aku, Oh Sehun dan
bukan pria yang dijodohkan dengannya, saat ini juga aku pasti sangat senang dan
entah apa yang akan aku katakan. Begitu kelu lidahku dalam mengucapkan janji
pernikahan, mungkin. Tapi, pasti aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas
ini hanya karena kebodohanku sendiri.
Aish!
Apa yang kau pikirkan, Oh Sehun? Bagaimana mungkin kau berpikiran seperti itu
di acara sakral seperti ini? Kau mau bermimpi, hah? Jangan bodoh.
“Oppa?
Oppa, kenapa melamun saja dari tadi? Haloo.” Suara Seri mengejutkanku.
“Oh,
eh? Bukan. Aku hanya...”
“Dia
cantik, bukan? Andai saja aku duduk di barisan paling depan dan menjadi seseorang
yang melihat dari dekat proses pernikahan antara Shin Young eonnie dan oppaku
yang menyebalkan ini.”
“Eoh?
Maksudmu?”
“Dasar.
Oppa paling pabbo sedunia. Tentu saja kau, Oh Sehun.”
“Ya!
Aku kan bingung. Bisa ulangi sekali lagi?”
“Maksudku
andai saja kau yang menikah dengannya, hyung.”
“Hyung?”
“Salahmu,
dipanggil ‘oppa’ justru membuat IQ mu semakin rendah. Lupakan.”
Prosesi
pernikahan telah berlangung selama 20 menit beserta liturginya. Dan kini saat
yang paling membuatku tidak betah. Ucapan janji pernikahan.
“Apakah
kau, Cho Kyu Hyun, bersedia menerima Choi Shin Young sebagai istrimu dalam
keadaan susah maupun senang, sehat atau pun sakit, serta bersedia menjaga dan melindunginya
sampai maut yang memisahkan?”
“Ya,
aku bersedia.” Jawab Kyu Hyun dengan yakin. Dan jawabannya lah yang mampu
membuat hatiku semakin menciut dan berdetak sangt kencang bergolak.
“Apakah
kau, Choi Shin Young, bersedia menerima Cho Khyu Hyun sebagai suamimu dalam keadaan susah maupun
senang, sehat atau pun sakit, dan bersedia melayaninya sampai maut yang
memisahkan?”
“Ya.
Choi Soo Young bersedia.” Mwo? Apa dia bilang? Apa dia salah mengucapkannya?
“Maaf,
bisa kau ulangi kembali jawaban anda?”
“Ya.
Choi Soo Young, eonnieku, putri sulung Choi Ma Ru dan Shim Eun Gi, telah
bersedia menerima Cho Kyu Hyun sebagai suaminya dalam keadaan susah maupun
senang, sehat atau pun sakit, dan bersedia melayaninya sampai maut yang
memisahkan.” Apa yang dia lakukan? Choi Shin Young bodoh!
“Choi
Shin Young!” kini terlihat Tuan Choi yang berdiri dengan raut wajah yang
mengeras hendak mengeluarkan kemarahannya atas tindakan bodoh Shin Young.
“Appa.
Tidakkah Appa tahu bahwa Kyu Hyun oppa dan Soo Young eonnie saling mencintai?
Dan demi perjodohan bodoh ini, mereka telah mengorbankan perasaan mereka
sendiri agar tidak mengecewakan kalian para orangtua. Bukannya aku membela
diri, tapi kumohon jangan halangi cinta mereka, Appa.” Kini Shin Young telah
berlutut diatas altar dan dengan wajah yang lesu. Sebenarnya apa yang sedang
dia pikirkan sih?
“Be..Benarkah
itu, Soo Young? Kyu Hyun?” kini ayah Kyu Hyun yang ku ketahui namanya sebagai
Cho Jung Soo itu pun berkata-kata.
“Appa,
mianhae.” Kyu Hyun hanya dapat menunduk dalam.
“Kenapa
baru bilang sekarang?” eomma Shin Young juga ikut-ikutan menimpali.
“Mi..
Mianhae, eomma.” Dan suara Soo Young noona pun mulai terdengar setelah sedari
tadi hanya bungkam.
“Dan
dia lah yang aku cintai, Appa, Eomma.” Deg! Ap..Apa yang dia lakukan? Kini
semua mata di penjuru gereja ini melihat kearahku akibat ulah Shin Young yang
menunjukku secara tiba-tiba. Sama halnya denganku, Seri pun tercengang
dibuatnya.
“Dialah
pria yang mampu menjadi alasanku untuk tidak menikah dengan Kyu Hyun oppa.
Dia... Cintaku.” Desisnya pelan namun tegas.
“Dia
pria yang ingin aku lihat bersamaku di atas altar ini, mengucapkan janji
pernikahan, dan melakukan wedding kiss bersamanya, bukan orang lain. Aku…
menyesal tak mengatakannya dari semula, akan tetapi saat ini akan kukatakan
semuanya. Aku, Choi Shin Young begitu mencintai dan menyayangi kekasihku,
seseorang yang mampu membuat hatiku terkunci rapat hanya untuk dirinya, Oh
Sehun. Dan sampai kapanpun akan tetap Oh Sehun.” Sedetik kemudian kulihat
matanya yang telah mengeluarkan air mata hingga menganak sungai di pipi
mungilnya.
Suasana
kini menjadi tegang karena prosesi pernikahan yang semestinya sakral berubah
mejadi begitu kalut karena perbedaan paham ini. Aku merasa disini akulah yang
paling bersalah. Bersalah karena mencintai Shin Young serta menyatakan
perasaanku padanya padahal aku tahu status sosialku yang tidak setara dengan
dia yang notabene adalah seseorang yang berasal dari keluarga konglomerat.
Bersalah karena tidak sesegera mungkin menjauhi Shin Young yang telah
dijodohkan dengan seseorang yang akan mengisi hari-harinya di masa depan hingga
kini aku dan dia sulit untuk terlepaskan. Terakhir aku sangat bersalah karena
telah muncul di hari pernikahannya. Untuk apa kau datang kemari, Oh Sehun? Kau
pasti akan menggoyahkan hati dan perasaannya. Rasanya aku tidak ingat bagaimana
bernafas dengan benar.
“Saya…
Saya mohon maaf telah muncul di tempat ini. Mungkin bukan saat yang tepat
berada disini. Sekali lagi saya mohon maaf. Saya akan segera pergi dari tempat
ini.” Baru saja aku ingin melangkah meninggalkan tempat dudukku saat ini ketika
tiba-tiba sebuah suara menyeruak masuk kedalam gendang telingaku.
“Tunggu!
Dengan seenaknya kau pergi dari tempat ini setelah menjadi pokok permasalahan,
Nak?” itu… suara berat itu bukankah milik?
“Kau
mau kabur?” lanjutnya kemudian. Itu adalah suara…
“Tuan
Choi?”
~~~~~*****~~~~~
(Shin
Young POV)
1
Years Later ---
“Young-ah~”
pria itu… sedang berjalan ke arahku sambil membawa dua cangkir yang aku yakin
isinya adalah moccachino panas yang begitu tepat dihidangkan di pagi ini.
“Chagiya…
apa kau masih ingat bagaimana suasana di hari pernikahan kita?” tanyaku pada
seorang pria yang telah bermetamorfosis menjadi seseorang yang lebih dewasa di
sampingku ini.
“Ya,
menegangkan sekali. Terlebih saat kau mengucapkan janji pernikahan…”
“Hentikan!
Jangan dilanjutkan, hehe. Aku malu sekali mengingat hal itu. Ehm, kau… sudah
tidak menyukai eonnieku, kan?” kupelankan volume suaraku sepelan mungkin.
“Hmm…”
kulihat dia yang menghembuskan nafasnya berat sebelum memulai untuk menjawab
pertayaanku.
“Tidak
ada salahnya kan kalau aku masih menyukainya? Mungkin hanya sebagai sosok
‘noona’? lagipula aku rasa dia telah bahagia dengan oranglain di luar sana.”
Jawabnya penuh makna di setiap kata yang ia ucapkan. Huh, pria macam apa dia
ini? Masih memikirkan perasaannya pada gadis lain sementara ada aku disini
sebagai istri sahnya.
“Jadi
maksudmu?” ujarku tertuntuk lesu.
“Ya,
aku menyukainya. Memiliki noona seperti Soo Young ‘noona’ begitu membanggakan.
Tapi…” Aku hanya melongoh kearahnya dengan tatapan penuh tanya. Tapi apa, Oppa?
Tapi apa?
“Tapi
aku hanya mencintai seseorang. Dialah yang menjadi istriku sekarang ini, yang
selalu memasakkan sarapan untukku tiap pagi, yang selalu memberiku semangat
saat akan pergi bekerja, yang selalu membersihkan rumah saat aku tak ada di
rumah, dan yang selalu aku banggakan. Dialah, Choi Shin Young.”
“Dan
kaulah pria yang telah merebut segala perhatianku serta menguncinya dalam hatiku,
sehingga tidak dapat kuberikan pada pria manapun lagi selain padamu. Dialah,
taraa… Oh Sehun^^” ucapku dengan eyesmile andalanku untuk ber-aegyo ria.
“Tidak
akan kubiarkan kau dimiliki pria lain selain hanya milikku seorang. Aku sangat
mencintaimu, Shin Young-ah.” Kini dapat kurasakan tangan kurusnya memeluk
pinggangku dari belakang sambil mendaratkan dagunya di bahuku. Saat-saat
seperti inilah yang kukatakan begitu mahal yang pernah aku miliki. Bersamanya,
Oh Sehun. Aku merasa begitu bahagia.
“Tiba-tiba
aku terbayang wajah appa saat hari pernikahan kita, chagi.” Suaranya begitu
lembut terdengar di telingaku.
-----
Flashback -----
“Tunggu!
Dengan seenaknya kau pergi dari tempat ini setelah menjadi pokok permasalahan,
Nak?” suara appa menggema di gedung gereja ini. Menambah suasana tegang yang
sudah sedari tadi tercipta karena ulahku.
“Kau
mau kabur?” Appa, kumohon hentikan.
“Tuan
Choi.” Sahutnya pelan namun masih dapat diterima oleh indra pendengaranku.
Hening pun menjadi hal yang dominan saat ini. Dapat kulihat pula beberapa orang
sedang saling berbisik, aku tidak peduli.
“Menikahlah
dengannya, dengan putrid bungsuku sekarang. Nikahilah Shin Young ku.”
“Appa?”
pekikku pelan dan disertai mataku yang membulat sempurna.
“Aku
tak akan mengulanginya lagi. Ya atau tidak?” kini kulihat wajah appa yang
sedikit mengeras menahan emosi sekaligus penasarannya.
“Saya…”
ucap Sehun perlahan.
“Oppa…”
lirihku dalam tangisanku. Kuharap dia membuat keputusan yang sangat tepat.
Mempersuntingku dan menjadikanku yang pertama dalam kehidupan rumah tangganya
kelak.
“Saya…
sangat bersedia untuk menikahi putrid Tuan, Choi Shin Young.” Kutatap Sehun
yang awalnya hanya berdiri di tempatnya kini sedang melangkahkan kakinya kearah
altar gereja ini.
Begitu
kulihat dirinya telah tegap berdiri di atas altar kudus ini, senyum pun terulas
dari bibirku yang dibalut dengan lipstick pink. Ternyata benar, dia akan
memilihku dan mengambilku sebagai istrinya. Apakah ini saatnya?
“Aku
akan menikahinya, Choi Shin Young.” Ucapnya mengulangi kata-kata yang
sebelumnya ia ucapkan. Sehun membalikkan tubuhnya kearahku dan segera
membantuku untuk berdiri dari posisiku yang sedari tadi hanya berlutut tak
berdaya.
“Gomawo,
Oppa~” Sahutku sambil tersenyum. Tersenyum penuh bahagia. Entah apa namanya aku
lupa, akan tetapi rasanya aku ingin selalu memilikinya dan tidak ingin
melepasnya sedetik mungkin terhitung hari ini. Bahkan untuk Seri sekalipun, hh
egois memang. Tapi itulah yang kurasakan. Tidak, Seri tentu boleh memiliki
oppanya yang satu ini.
-----
Flashback End -----
Dan
dengan begitu, kini kami – aku dan Sehun – telah hidup bersama. Tidak terasa
satu tahun ini kami habiskan waktu bersama sebagai sepasang kekasih yang telah
dipersatukan oleh ikatan pernikahan dan berjanji untuk hidup bersama dalam keadaan
apapun sampai maut yang memisahkan.
“Chagi?
Apa yang kau pikirkan?” suara Sehun oppa membuyarkan lamunanku yang melayang ke
satu tahun lalu.
“Ah,
bukan apa-apa, Oppa. Ehm sepertinya kita harus bersiap sekarang. Pemberkatan
nikahnya akan dimulai dua jam lagi. Mandilah duluan.” Ucapku sambil mendorng
punggungnya menuju kamar mandi.
“Tidak
mau! Aku mau mandi bersamamu, chagiya~” sergahnya cepat.
“Ya!
Aku yang tidak mau. Kau duluan atau tidak akan dapat jatah makan untuk besok?”
ancamku dengan menggembungkan pipiku sebal.
“Selalu
itu alasanmu. Haha, baiklah.” Kini kulihat dia telah berbalik kembali menuju
kamar mandi. Dasar, ternyata dia masih seperti anak usia delapan tahun saja.
Saat aku hendak berbalik menuju dapur, tiba-tiba ia berteriak dari arah kamar
mandi.
“Ya!
Choi Shin Young! Kau sangat jelek kalau sedang marah, hahaha.” Astaga… Dia itu
benar-benar pria yang menyebalkan.
~~~~~*****~~~~~
Kami
tiba di sebuah gedung gereja yang megah yang pernah menjadi saksi anatara dua
insane yang mengucapkan janji sehidup semati dan dipersatukan dalam ikatan
pernikahan dihadapan Tuhan dan jemaatnya. Ya, itu diriku dan pria yang ada
disamoingku saat ini, Oh Sehun.
Prosesi
pernikahan pun berjalan lancer tanpa hambatan, namun dapat kulihat dari raut
wajah sang pengantin perempuan begitu tegang dan cemas, takut-takut akan
melakukan kesalahan meski hanya sedikit. Itu wajar.
“Shin
Young-ah~” pengantin perempuan itu kini telah berlari keareahku dan menghambur
ke dalam pelukanku.
“Aku
begitu merindukanmu. Aku kurang betah lama-lama di China. Pria itu membawaku
pergi kesana hanya untuk membantunya mengurusi pekerjaannya, padahal kau tau
kan kalau kami belum resmi menikah sampai tiba hari ini. Tapi sekarang aku
lega…. Aku telah menikah dengannya.” Ya, dialah eonnie ku yang begitu
kusayangi. Choi Soo Young.
“Dia
seperti penculik, Eonnie. Hahaha” tawaku pecah saat mendengar ceritanya.
“Apa
yang sedang kalian bicarakan, ibu-ibu Choi?” suara berat milik pria itu. Pria
yang telah menjadi suami sah eonnieku beberapa menit lalu, Cho Kyu Hyun.
“Ahahaha,
ini rahasia perempuan. Ehm, tapi selamat ya, Oppa. pernikahanmu dengan Soo
Young eonnie akhirnya terwujud.” Lega rasanya mengatakan hal ini. Mengingat
setahun lalu aku mengacaukan acara pernikahan kami, atau lebih tepatnya bakal
pernikahan. Karena kalian tahu sendiri, bukan? Aku telah memilki suami yang
begitu aku cintai, dan dia bukan seorang Cho Kyu Hyun.
“Gomawo,
Shin Young-ah. Selamat bersenang-senang. Aku dan Soo Young akan menemui
beberapa tamu yang lain. Bye~”
“Bye~”
ucapku berbarengan dengan Sehun oppa.
“Mereka
tampak serasi…” lirih Sehun yang berdiri di hadapanku sambil membawa dua gelas
kristal berisi sampagne.
“Kita
juga.” Sahutku tidak mau kalah.
“Kalau
itu tentu saja, Young-ah. Ini untukmu, minumlah.” Dia memberikan salah satu
gelas tersebut padaku. Dan kini kami berjalan menuju sebuah kursi yang lumayan
panjang yang ada di taman ini. Ya, wedding party Soo Young eonnie diadakan di
taman yang ada di kawasan gedung gereja ini. Cukup l.uas menurutku. Kami pun
duduk bersama sambil masih membawa gelas berisi minuman mahal tadi.
“Oppa~”
panggilku.
“Hm?”
“Entah
kenapa aku sangat bersyukur sekali. Pertama, karena aku telah memilikimu dan
telah menjadi milikmu untuk selamanya sebagai istrimu…”
“Yang
kedua?” tanyanya penasaran akan ucapan yang kugantungkan itu.
“Yang
kedua karena kau telah memperoleh jantung baru dari seorang pendonor yang
sangat murah hati. Demi apapun, aku tidak akan pernah melupakan kebaikannya
meski dia telah tiada. Benar, ‘kan?
“Tepat.
Kemudian?”
“Dan
kini aku melihat eonnieku menikah dengan orang yang ia cintai sejak dulu.
Benar-benar rumit untuk dimengerti, tapi benar-benar indah untuk dibayangkan.”
Ucapku sambil menerawang jauh ke langit. Kulirik kini Sehun oppa juga
menengadahkan kepalanya ke langit yang biru, sebiru hatiku kini mungkin.
“Hanya
satu yang belum kau miliki.” Ujarnya singkat.
“Eoh?
Maksud Oppa?”
“Oh
Young Hun dan Oh Se Young.”
“Oppa
ini bicara apa sih sebenarnya? Aku sama sekali tidak mengerti, Oppa.” rasanya
sebal sekali mencoba menerka kemana arah pembicaraan kami ini.
“Dua
orang anak yang akan kau lahirkan tentunya, chagi. Hehe” dan dia hanya terkekeh
geli. Dasar yadong.
“Aku
belum mau punya anak. Aku masih terlalu muda. Andwae!”
“Tapi
bukankah itu salah satu tujuan dari pernikahan? Meneruskan pohon keluarga,
memperbanyak keturunan?” wajahnya kini terlihat menatapku heran.
“Tapi
tidak sekarang. Huh.” Kugembungkan pipiku sebal.
“Ya,
ya baiklah. Akan kulakukan demi kau, chagiya~” sebuah senyum tulus pun terulas
dari bibir kami berdua.
Ya
Tuhan, Kau memang maha adil. Tidak pernah terpikir olehku akan berakhir seperti
ini, begitu indah pada waktunya. Aku… sangat bersyukur atas segala yang telah
Kau berikan padaku, termasuk dirinya yang kini sedang mencium keningku penuh
kasih mesra. Terimakasih, Tuhan.